Anak Rantau Penikmat Senja

Orang biasa yang masih terus belajar dan melatih syukur

Sunday, 3 February 2019

Universitas Kehidupan, NHW Martikulasi IIP Batch 7

Nice Howe Work

Nice Home Work yang disingkat menjadi NHW adalah penugasan dari Tim Martikulasi Institute Ibu Profesional, yang mana peserta diminta untuk menulis ulang what did you get from the discussion. Kurang lebih seperti itu,

Sebelumnya saya berdiskusi dan berbeda pendapat with my only one brother. Tentang kenapa cuma perempuan yang harus belajar, kenapa begini kenapa begitu.
But anyway, perbedaan tak selalu harus berbuah perpecahan kok, we end the debate by saying "alhamdulillah", selamat mengimprove diri.

Dan taaaraaaa
Here I go with all the question I wanna share ✌🏼

“The most difficult step ever is the first step” -William Conqueror-

Selalu banyak hal baru dalam hidup, selalu banyak moment- moment perdana yang dijalani selama nafas masih berhembus. Dan entah pembuka dari Willian Conqueror mampu mewakili perasaan hati tentang bagaimana rumitnya memulai NHW pertama ini. Apalagi dengan tema terpilih yang membicarakan masalah “pilihan”. Ya, menurut saya ketika dihadapkan pada perihal pilah memilah bukanlah sesuatu yang mudah.

Coba ajukan tanya kenapa pada saya. Kenapa? Why? Limadza? Waeyo? Bakit? Perché? Warum?

Entah kenapa, saya terbiasa dengan pertanyaan “why”, otak saya selalu mengeluarkan pernyataan- pernyataan tentang hipotesis jangka pendek dan jangka panjang.

Saya selalu mendahulukan tanya kenapa sebelum jawaban “ya” sekalipun, bahkan tidak jarang sampai membuat jengkel lawan bicara, contohnya saja, pertanyaan saya tentang kenapa ragi harus diseduh air panas kuku, hahaha.

Menentukan pilihan bukanlah hal sepele, bukan tentang mengerjakan dan tidak mengerjakan, pilihan berarti siap dengan segala konsekuensinya, pilihan berarti siap untuk tidak mengeluh atas apa yang akan terjadi ke depannya.

Dan inilah pertanyaan perdana yang beberapa hari ini selalu mengiang- ngiang bersamaan dengan suara nyamuk yang menurut saya sama sekali tak indah

Satu jurusan ilmu apa yang akan ditekuni di universitas kehidupan ini?

Saya pernah mengalami salah jurusan, saya pernah berada pada fase menyalahkan semua hal, saya pernah berjalan pada titik terendah ingin menyerah dan tak tahu sebenarnya tujuan kedepannya mau jadi apa. Maka dari itu, saya tidak mau berada pada posisi seperti itu lagi. Dan taraaaaaaaa !!!

Saya berhasil memilih, saya berhasil membuat keputusan setelah melalui deep talk dengan pikiran dan hati sendiri.

PLANNER (percayalah bahwa ketika huruf- huruf ini diketik, senyum merekah tak tertahankan aka K.E.T.A.W.A, hahaha. Dan setelah itu hati terus meng- aminkan)

Kembali ke kata tanya kenapa.
Kenapa harus menjadi planner?

Kembali ke prinsip diri, saya tidak suka dengan segala hal yang tidak terencana dengan baik, misalnya saja di dunia per-travelling-an. Saya suka banget jalan- jalan, tapi saya tidak begitu pemilih tentang travelmate asal itinerary kami jelas, dan saya akan kesulitan menghindar dari mood yang swing- swing kalau semua tidak jelas arah tujuannya, maafkan.

Dan dari sinilah, sebuah tekad muncul. “na, anak yang baik, cobalah menjadi planner yang baik dan dimulai dari diri sendiri.”
Ya, dimulai dari diri sendiri.

Teman- teman yang sudah meluangkan waktunya untuk membaca, gomawo 😁😁😁

Sekarang saya ingin bercerita tentang alasan, maaf kalau mengada- ada sehingga alasan ini tidak dapat diterima. (setiap orang memiliki alasan, semoga kita bisa saling menguatkan, virtual hug!!!)

Segala sesuatu harus ada alasannya, makanya ada kata tanya kenapa. Misalnya saja untuk case saya pada salah satu aplikasi di gadget yang statistika pemakaiannya sangat tinggi setelah youtube, yaitu whatsapp. Ada yang sama?

Nah, Whatsapp berhasil menghadirkan fitur settingan privacy yang lumayan detail, misalnya seperti read receipts alias centang biru, pengaturan last seen untuk everone, my contacts atau nobody, dan hidden contact from status, atau bahkan pengaturan about foto profil. Semua bisa diatur sesuai kehendak penggunanya.

Dan saya adalah salah satu dari banyak orang yang mungkin juga mengatur settingan privacy itu serapi mungkin, dengan alasan tidak menginginkan orang yang tidak mengenal saya melihat keseharian saya di status, tidak nyaman jika orang tahu kapan terakhir saya membuka app whatsapp, tidak suka jika ada orang yang buka- buka PP, dan yang paling penting saya tidak selalu gercep untuk balas whatsapp, jadi cari aman saya akan menghapus centang biru itu dari pada ada pihak yang tersakiti hatinya karena pesannya belum dibalas. Bahkan saya juga memanfaatkan settingan hidden status, dengan maksud saya takut orang- orang tertentu (sebut saja bapak ibu dosen) tahu betapa recehnya saya. Yay or Nay????

Tapi dalam hitungan bulan ini saya mulai terbuka, saya mulai meniadakan pengaturan itu, dan semuanya dengan alasan, alasan yang jelas.

Misal, saya membuka last seen, karena saya ingin melihat kapan dosen pembimbing terakhir megang hp dan memakai app whatsapp ini. Saya mengaktifkan centang biru karena saya ingin tahu apakah dosen pembimbing sudah membaca pesan berharga saya atau belum, plus saya ingin tahu sebenarnya siapa saja yang melihat status-status receh saya di whatsapp hahaha.

Selain itu, menurut saya ini adalah salah satu cara control diri buat gak gatel pantengin semua status whatsapp yang berseliweran di timeline ketika waktu kosong, jujur saya gak mau terlihat “leyeh- leyeh terus, sehingga bisa khatam semua status sampe bawah.

Dan semua beralasan, begitu juga ketika ditanya tentang jurusan ilmu di Universitas kehidupan ini, sekali lagi, saya tidak mau kecebur di jurusan yang salah.

Baik, back to the main point. Dan selain latar belakang yang tadi- tadi saya ceritakan sambil menggebu- gebu, saya merasa tertampar dengan penjelasan Ustadz Adriano Rusfi yang mengatakan bahwa kita adalah The most sucesptible people in the world. Dan sejak saat itu, menguatkan saya untuk bisa menjadi pribadi yang berpengaruh dan mempengaruhi, saya tidak mau termasuk kepada mereka yang mudah terpengaruh apalagi dipengaruhi.

Ya, menurut saya, menurut buku- buku yang berhasil saya baca dengan perjuangan melawan kemageran, bahwa hal itu bisa terwujud dengan terbiasa menggunakan kedisiplinan waktu dan cara berpikir dan menentukan sikap.

Dan seorang planner pasti tidak nyaman dengan prinsip “gimana nanti aja”, dan itu emang saya banget hahaha. Atau mungkin karena saya bukan orang yang lucky.

Ya… memang kadang saya merasa tertekan jika semua berjalan tidak sesuai rencana, tapi lagi- lagi saya bilang pada diri saya “it’s okey na, everything will be oke. Gapapa na, Manusia boleh berusaha, manusia berhak berencana, dan Tuhan yang Maha berkehendak, Tuhan selalu tahu hal terbaik dan waktu terbaik untuk hamba-Nya.”

Point selanjutnya, “Strategi menuntut ilmu”

-Semua tujuan beralasan dan harus dipersiapkan-

Dan saya harus mem-bold tulisan ini di otak saya, sehingga bisa masuk ke alam bawah sadar.

Semua dimulai dari diri sendiri dan dari sekarang. Dan saya terbiasa bermain dengan notes dan reminder. Jadi setiap pagi saya akan membuat checklist to do berskala harian, mingguan, bulanan. Sering- sering dilihat dan sering direvisi juga melihat situasi dan kondisi.
Seorang planner berarti harus menepati janji- janjinya terhadap susunan rencana- rencana yang dibuatnya sendiri, dua point pentingnya adalah komitmen dan konsisten.

Saya mencoba untuk menanamkan pada diri saya bahwa seorang planner harus kaya dengan pengalaman dan pengetahuan, semua rencana harus terususun rapi dengan alasan dan tujuan yang jelas. Seorang planner harus punya tujuan jangka panjang yang diusahakan dengan tujuan- tujuan jangka pendeknya.

Dan jangan lupa, semua rencana harus diiringi dengan tawakkal sedari awal, pertengahan dan di akhir. Semua rencana harus ditulis seiringan dengan doa yang melangit ke Sang Pemilik Kuasa. Semua rencana harus bertujuan baik untuk dunia dan akhirat. Semua rencana harus memiliki maslahat untuk diri sendiri dan ummat.

Dan point selanjutnya dan yang terpenting:
Sikap yang harus diperbaiki dalam adab menuntut ilmu

Bagi saya, saya harus terus memperbaiki niat dari usaha- usaha menuntut ilmu ini, ilmu apapun akan menjadi baik jika digunakan di jalan yang baik.
Perbaiki keyakinan bahwa ilmu adalah milik Allah, Allah lah yang memberikan kepahaman dan keberkahan.

العلم نور، ونور الله لا يُهدى للعاصي
Bahwa ilmu itu adalah cahaya, dan cahaya Allah tidak akan diturunkan pada orang yang bermaksiat.

Perbaiki keyakinan bahwa ilmu akan menjadi pemiliknya lebih baik, bukan malah lebih sombong.

Semuanya dimulai dengan memperbaiki adab- adab menuntut ilmu, memuliakan ilmu-nya, memuliakan, gurunya, memuliakan sumber ilmunya.

Dan setelah seminggu berdiskusi dengan teman- teman yang masyaAllah berhasil memborbardir diri ini dengan suntikan- suntikan semangat, saya yang agak pemalu ini bertekad:
Melatih diri untuk berfikir kritis dan aktif dalam tanggap menanggapi
Melatih diri untuk nyaman di lingkungan baru
Membudayakan untuk menghilangkan malu dalam bertany
Melatih diri untuk banyak membaca sebelum dan sesudai pelajaran

Dan akhirnya, sampai pada baris terakhir untuk mengakhiri tulisan ini, bukan sehari apalagi sejam untuk menyelesaikan tulisan ini. Dan terimakasih kepada semua yang telah menginspirasi, Barakallahu Fiikum Jamiian.

No comments:

Post a Comment