Anak Rantau Penikmat Senja

Orang biasa yang masih terus belajar dan melatih syukur

Tuesday, 1 July 2014

Analisis Kesalahan Konsep Fi'il Naaqish dalam tataran morfologi- Bahasa Arab


KATA PENGANTAR
 الحَمْدُ للّه لاَ أَبْغِى بِهِ بّدّلاحَمْدًا يُبَلِّغُ مِنْ رِضْوَانِه الأمَلا ثُمَّ الصَّلاةُ وَ السَلاَمُ عَلَى خَيْرِ الْوَرَى وَعَلَى ساَدَاتِنَا الِه وَ صَحْبِه الْفُضَلا
Kalimat syukur diucapkan oleh hamba yang dhaif ini atas kemampuan yang diberikan oleh Allah SWT untuk menyusun dan menuliskan hasil analisis yang sederhana ini. Shalawat dan salam disanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW yang perjalanan hidupnya menjadi inspirasi dan motivasi bagi penulis untuk membuat karya yang bermanfaat bagi penulis dan pembacanya.
Maksud penulisan makalah ini adalah sebagai bahan referensi dalam pembelajaran bahasa Arab.
Berkenaaan dengan hal ini, penulis ucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada Ibu Prof. DR. Yumna Rasyid, M.Pd., selaku dosen mata kuliah Analisis Kontrastif dan Analisis Kesalahan yang telah membimbing dan memberikan kuliah demi terselesainya tugas makalah ini.
Akhirnya penulis sadari bahwasanya dalam penulisan makalah  yang sederhana ini masih banyak menyimpan kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu penulis berharap saran dan kritik dari semua pihak untuk proses perbaikan.
Akhirnya teriring doa, semoga apa yang dituliskan  bisa terealisasikan dan menjadi amal manfaat bagi penulis.


Jakarta, 9 Juni 2014


Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kesalahan dalam berbahasa sering terjadi dalam proses belajar bahasa, karena dengan adanya kesalahan, pembelajar bahasa berusaha untuk mengerti dan memahami apa yang dipelajarinya (Tarigan 1990:141). Kesalahan berbahasa dapat terjadi, salah satunya karena adanya perbedaan gramatika dan kosakata dari bahasa ibu dengan bahasa target yang dipelajari seorang.
Terjadinya kesalahan berbahasa di kalangan siswa yang sedang belajar bahasa terutama belajar bahasa kedua, merupakan fenomena yang mendorong para ahli pengajaran bahasa untuk mempelajari kesalahan berbahasa. Dari studi tentang kesalahan berbahasa itu dapat diketahui bahwa proses terjadinya kesalahan berbahasa berhubungan erat dengan proses belajar bahasa. Kesalahan berbahasa merupakan gejala yang itern dengan proses belajar bahasa. Oleh karena itu, untuk memahami proses terjadinya kesalahan berbahasa, terutama di kalangan mahasiswa yang sedang belajar bahasa, diperlukan pemahaman tentang konsep-konsep belajar bahasa.
Studi mengenai kesalahan dalam kaitannya dengan pengajaran bahasa, baik pengajaran bahasa sumber (BS) maupun bahasa target (BT) adalah sangat fungsional. Mengenai kegiatan pengkajian kesalahan itu dapat diungkapkan berbagai hal mengenai kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh siswa.
            Para ahli linguistik, pengajaran bahasa dan guru bahasa sependapat bahwa kesalahan berbahasa itu mengganggu pencapaian tujuan pengajaran bahasa. Bahkan ada pernyataan ekstrem mengenai kesalahan berbahasa, yang berbunyi “kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh siswa menandakan pengajaran bahasa tidak berhasil atau gagal”. Oleh karena itu, kesalahan berbahasa yang sering dilakukan siswa harus dikurangi dan kalau bisa dihapuskan. Hal ini baru dapat tercapai apabila seluk-beluk kesalahan berbahasa itu dikaji secara mendalam. Pengkajian segala aspek kesalahan itulah yang dimaksud dengan istilah Analisis Kesalahan (Anakes) disini.
            Analisis kesalahan berbahasa dapat terjadi di semua tataran kebahasaan. Dalam bidang kajian bahasa terdapat kajian fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantic. Bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa disebut fonologi. Adapun sintaksis membahas tentang tata bahasa dan hubungan antarkata dalam kalimat. Adapun morfologi membahas tentang kata dan bentukan-bentukan nya.
Namun, dalam makalah ini, penulis fokus membahas analisis kesalahan dalam bidang morfologi. Dalam makalah ini, penulis akan membahas masalah suatu fi’il yang salah satu huruf asalnya terdiri dari huruf ‘illat, yaitu waw, alif dan ya’ seperti وعد – خاف- يسر dan sebagainya. Fi’il mu’tal dapat terjadi pada fa fi’il, ‘ainul fi’il atau laam fi’ilnya. Maka, penulis akan memfokuskan kembali pada pembahasan fi;il mu’tal lam atau disebut fi’il naaqish.

B.     Pembatasan Masalah
Dalam makalah Analisis Kesalahan ini, penulisannya hanya akan dibatasi pada masalah-masalah Pembentukan Fi’il Naqish


C.    Rumusan Masalah
Sehubungan dengan pembatasan masalah tersebut di atas, maka penulis merumuskan masalah ini sebagai berikut:
1.      Apa yang dimaksud dengan Analisis Kesalahan?
2.      Apakah pengertian dari Kesalahan Berbahasa?
3.      Apa yang dimaksud dengan Morfologi?
4.      Apa itu Morfologi dalam bahasa Arab?
5.      Apa yang dimaksud dengan Fi’il Naaqish?
6.      Bagaimanakah pembentukan- pembentukan Fi’il Naaqish?
7.      Bagaimana bentuk bentuk kesalahan mahasiswa dalam menggunakan Fi’il Naaqish?
8.      Berapa prosentase kesalahan dalam menggunakan Fi’il Naaqish?


D.    Tujuan Penelitian
Tujuan dari penulisan makalah yang berjudul Fi’il Naaqish (Analisis Kesalahan Morfologi) ini adalah:
1.      Untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Analisis Kesalahan.
2.      Memberikan pengetahuan mengenai Analisis Kesalahan dan Kesalahan Berbahasa.
3.      Menambah wawasan mengenai Morfologi dalam bahasa Arab.
4.      Memberikan pengetahuan dan gambaran tentang Fi’il Naaqish
5.      Mengetahui pembentukan dan perubahan Fi’il Naaqish
6.      Mengetahui bentuk bentuk kesalahan mahasiswa dalam menggunakan Fi’il Naaqish
7.      Mengetahui  prosentase kesalahan dalam menggunakan Fi’il Naaqish



BAB II
KAJIAN TEORI
A.    Analisis Kesalahan
a.      Pengertian
            Corder mengatakan dalam Abdul Chaer (2008) bahwa analisis kesalahan merupakan suatu aktivitas yang mengkaji kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh seorang pelajar BT tersebut. Sedangkan Richards dan Sampson dalam Abdul Chaer (2008) mengatakan bahwa kajian mengenai kesalahan-kesalahan yang dibuat pelajar BT harus ditinjau dari tujuh (7) faktor yang menyebabkan kesalahan-kesalahan tersebut terjadi. Factor-faktor tersebut adalah:
w  Pengalihan Bahasa (Language Transfer)
w  Pengalihan BT itu sendiri (Intralingual Interference)
w  Situasi Sosiolinguistik
w  Modalitas (Modality)
w  Usia (Age)
w  Kurangnya stabilitasnya “antarbahasa” seseorang
w  Hirarki kesukaran yang universal
                        Hendrickson dan Corder mengatakan dalam Tarigan (2011) bahwa analisis kesalahan itu berguna untuk mengetahui beberapa hal mengenai kesalahan yang dibuat pelajar BT yakni:
w  Kesalahan berguna sebagai tanda bahwa pelajar BT memang sungguh belajar.
w  Kesalahan merupakan indicator bahwa ada kemajuan.
w  Kesalahan memberi umpan balik tentang efektivitas materi ajar dan metode penyajian oleh pengajar.
w  Kesalahan menunjukkan bagian-bagian mana dari suatu silabus bahasa yang belum dipelajari dengan sempurna.
w  Kesalahan-kesalahan yang banyak dibuat dapat menjadi bahan untuk penulisan latihan-latihan perbaikan.
b.      Tujuan Analisis Kesalahan[1]
      Menganalisis kesalahan yang dilakukan oleh para siswa jelas memberikan manfaat tertentu, karena pemahaman terhadap kesalahan itu merupakan umpan balik yang sangat berharga bagi pengevaluasian dan perencanaan penyusunan materi dan strategi pengajaran di kelas. Adapun Analisis Kesalahan mempunyai tujuan untuk:
§  Menentukan urutan penyajian hal-hal yang diajarkan dalam kelas dan buku teks, misalnya urutan mudah-sulit.
§  Menentukan urutan jenjang relative penekanan, penjelasan dan latihan-latihan berbagai hal bahan yang diajarkan.
§  Merencanakan latihan dan pengajaran remedial.
§  Memilih hal-hal bagi pengujian kemahiran siswa. (Abdul Chaer, 2008)

B.     Kesalahan Berbahasa
a.      Pengertian
      Pembahasan tentang kesalahan berbahasa merupakan masalah yang tidak sederhana, tetapi bisa juga menjadi tidak ada masalah yang harus dibahas dalam kesalahan berbahasa. Oleh karena itu, kita harus mengetahui terlebih dahulu tentang pengertian kesalahan berbahasa. Corder dalam Tarigan (2011) menggunakan 3 (tiga) istilah untuk membatasi kesalahan berbahasa: (1) Lapses, (2) Error, dan (3) Mistake. Ketiga istilah itu memiliki domain yang berbeda-beda dalam memandang kesalahan berbahasa. Corder dalam Tarigan (2011) menjelaskan:
1.      Lapses
Lapses adalah kesalahan berbahasa akibat penutur beralih cara untuk menyatakan sesuatu sebelum seluruh tuturan (kalimat) selesai dinyatakan selengkapnya. Untuk berbahasa lisan, jenis kesalahan ini diistilahkan dengan “slip of the tongue” sedang untuk berbahasa tulis, jenis kesalahan ini diistilahkan “slip of the pen”. Kesalahan ini terjadi akibat ketidaksengajaan dan tidak disadari oleh penuturnya.
2.      Error
Error adalah kesalahan berbahasa akibat penutur melanggar kaidah atau aturan tata bahasa (breaches of code). Kesalahan ini terjadi akibat penutur sudah memiliki aturan (kaidah) tata bahasa yang berbeda dari tata bahasa yang lain, sehingga itu berdampak pada kekurangsempurnaan atau ketidakmampuan penutur. Hal tersebut berimplikasi terhadap penggunaan bahasa, terjadi kesalahan berbahasa akibat penutur menggunakan kaidah bahasa yang salah.
3.      Mistake
Mistake adalah kesalahan berbahasa akibat penutur tidak tepat dalam memilih kata atau ungkapan untuk suatu situasi tertentu. Kesalahan ini mengacu kepada kesalahan akibat penutur tidak tepat menggunakan kaidah yang diketahui benar, bukan karena kurangnya penguasaan bahasa kedua (BT).

Bagi Burt dan Kiparsky dalam Tarigan (2011) mengistilahkan kesalahan berbahasa itu dengan “goof”, “goofing”, dan “gooficon”. Sedangkan Huda (1981) mengistilahkan kesalahan berbahasa itu dengan “kekhilafan (error)”. Kekhilafan (error), menurut Nelson Brook dalam Syafi’ie dalam Tarigan (2011), (itu “dosa/kesalahan” yang harus dihindari dan dampaknya harus dibatasi, tetapi kehadiran kekhilafan itu tidak dapat dihindari dalam pembelajaran bahasa kedua.
     Ditegaskan oleh Dulay, Burt maupun Richard dalam Abdul Chaer (2008), kekhilafan akan selalu muncul betapa pun usaha pencegahan dilakukan, tidak seorang pun dapat belajar bahasa tanpa melakukan kekhilafan (kesalahan) berbahasa. Menurut temuann kajian dalam bidang psikologi kognitif, setiap anak yang sedang memperoleh dan belajar bahasa kedua (BT) selalu membangun bahasa melalui proses kreativitas. Jadi, kekhilafan adalah hasil atau implikasi dari kreativitas, bukan suatu kesalahan berbahasa.
     Kesalahan berbahasa dipandang sebagai bagian dari proses belajar bahasa. Ini berarti bahwa kesalahan berbahasa adalah bagian yang integral dari pemerolehan dan pengajaran bahasa.

b.      Kategori Kesalahan Berbahasa
     Kesalahan berbahasa dapat terjadi dalam setiap tataran linguistic (kebahasaan). Ada kesalahan yang terjadi dalam tataran fonologi, morfologi, sintaksis, wacana dan semantik. Kesalahan berbahasa dapat disebabkan oleh intervensi (tekanan) bahasa pertama (BS) terhadap bahasa kedua (BT). Kesalahan berbahasa yang paling umum terjadi akibat penyimpangan kaidah bahasa. Hal itu terjadi oleh perbedaan kaidah (struktur) bahasa pertama (BS) dengan bahasa kedua (BT).
     Selain itu kesalahan terjadi oleh adanya transfer negatif atau intervensi BS pada BT. Dalam pengajaran bahasa, kesalahan berbahasa disebabkan oleh banyak faktor, di antaranya: kurikulum, guru, pendekatan, pemilihan bahan ajar, serta cara pengajaran bahasa yang kurang tepat (Tarigan, 2011:85).
     Kesalahan berbahasa atau language errors memang berbagai macam jenisnya dan dapat dikelompokkan dengan berbagai cara sesuai dengan cara kita memandangnya. Namun, ada ahli yang membedakannya atas dua jenis, yaitu[2]:
·      Kesalahan yang disebabkan oleh factor-faktor kelelahan, keletihan, dan kurangnya perhatian, yang oleh Chomsky dalam Tarigan (2011) disebut “factor performansi”. Kesalahan performansi ini, yang merupakan kesalahan penampilan, dalam beberapa kepustakaan disebut mistakes.
·      Kesalahan yang diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan mengenai kaidah-kaidah bahasa, yang disebut oleh Chomsky dalam Abdul Chaer (2008)  sebagai “factor kompensasi”, merupakan penyimpangan-penyimpangan sistematis yang disebabkan oleh pengetahuan pelajar yang sedang berkembang mengenai system BT atau bahasa kedua disebut errors dalam Abdul Chaer (2008)

Ada pendapat lain mengenai kategori kesalahan berbahasa, yaitu:
1.    Kesalahan Interferensi dan bukan Interferensi (Interlingual>< Intralingual)
Kesalahan Interlingual adalah kesalahan yang mengacu pada pengaruh negatif terhadap BT. Sedangkan, kesalahan Intralingual adalah kesalahan dalam perkembangan pemerolehan BT akibat kesulitan pelajar BT dalam bahasa asing itu sendiri. Adapun sumber kesalahan itu menurut Richard adalah:
a.    Generalisasi yang terlalu luas (over generalization) terjadi karena penerapan dan struktur (BT dan BS) menjadi satu.
b.    Tidak mengetahui batas-batas suatu kaidah (Ignorance of Rule restriction) penerapan kaidah yang salah.
c.    Penerapan kaidah yang kurang lengkap akibat kesulitan penerapan penggunaan struktur atau kaidah tertentu.
d.   Kesalahan pembuatan kesimpulan konsep-konsep disebabkan interferensi yang salah tentang nuansa perbedaan dalam BT dan penyajian guru yang kurang tepat.
2.    Kesalahan karena ketidakbenaran unsur-unsur bahasa mikrolinguistik dan interpretasi makrolinguistik.
a.    Kesalahan dalam mikrolinguistik adalah:
§  Kesalahan fonologi
§  Kesalahan morfologi
§  Kesalahan kosakata,  biasanya penggunaan istilah bukan pada tempatnya (error approprianteness) yang dibagi ke dalam 4 macam yaitu:
a)                    Kesalahan referensi
b)                   Kesalahan register
c)                    Kesalahan sosial
d)                   Kesalahan struktur
b.    Kesalahan dalam makrolinguistik yaitu kesalahan yang disebabkan oleh unsur-unsur yang tidak benar interpretasinya dalam tataran makro, contohnya interpretasi budaya silang.
3.      Kesalahan yang mendarah-daging (fossilized errors) bagi orang-orang tertentu. Kesalahan ini sukar dihapus karena digunakan bertahun-tahun oleh pelajar BT. Hal ini berkaitan dengan usia siswa, seperti “Saya pulang daripada Surabaya.”

4.      Kesalahan Global dan Kesalahan Lokal.
·      Kesalahan global adalah kesalahan linguistik yang menyebabkan penutur BT salah menafsirkan pesan atau pesan tersebut kurang dimengerti dalam konteks tekstual tersebut.
·      Kesalahan lokal adalah kesalahan linguistik secara gramatikal tetapi tidak menyebabkan kesalahan penafsiran makna penutur asli.


Kesalahan ini dibagi menjadi 4 macam yaitu antara lain:
a.    Kesalahan global leksikal dan lokal leksikal, akibat kurang lengkapnya kompetensi BT.
b.    Kesalahan global morfologis dan lokal morfologis.
c.    Kesalahan global sintaksis & lokal sintaksis.
d.   Kesalahan global ortografis dan lokal ortografis

c.       Sebab-sebab Kesalahan
     Sebab-sebab kesalahan yang dibuat oleh pelajar BT akan dikaji dalam bagian ini, secara umum kesalahan-kesalahan seseorang pelajar BT yang dapat diklasifikasikan menurut sudaut pandang bermacam-macam. Pengelompokan sebab-sebab kesalahan itu, sebagai berikut:
1.      Kesalahan-kesalahan yang disebabkan oleh interferensi, dan kesalahan-kesalahan yang bukan disebabkan oleh interferensi tetapi oleh kesulitan-kesulitan yang disebabkan oleh pembelajaran itu sendiri.
2.      Kesalahan-kesalahan yang disebabkan oleh unsure-unsur yang tidak benar dalam mikrolinguistik dan kesalahan-kesalahan yang disebabkan oleh unsure-unsur yang tidak benar interpretasinya dalam mikrolinguistik.
3.      Kesalahan-kesalahan yang sukar diberantas karena sudah “mendarah daging” (yang dijuluki “kesalahan yang membatu”/ fossilized errors) dan kesalahan-kesalahan yang tidak sukar diberantas.
4.      Kesalahan-kesalahan yang menyebabkan lawan bicara tidak mengerti maksud atau tujuannya (global errors) dan kesalahan-kesalahan yang tidak menyebabkan salah faham (local errors).

C.    Morfologi
a.      Pengertian
     Secara etimologi, kata morfologi berasal dari kata morf yang berarti bentuk dan logi yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah kata morfologi berarti ilmu mengenai bentuk[3]. Di dalam kajian linguistik, morfologi berarti ilmu mengenai bentuk-bentuk dan pembentukan kata.
     Morfologi menurut Ramlan dalam Abdul Chaer (2008) ialah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Sedangkan menurut Tarigan (2011:68) membagi morfologi menjadi dua tipe analisis yaitu:
·         Morfologi Sinkronik, menelaah morfem-morfem dalam satu cakupan waktu tertentu, baik waktu lalu maupun waktu kini.
·         Morfologi Diakronik, menelaah sejarah atau asal-usul kata, dan mempermasalahkan mengapa misalnya pemakaian kata kini berbeda dengan pemakaian kata pada masa lalu.
     Adapun proses morfologis, berdasarkan pengertian yang diberikan oleh M. Ramlan ialah proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya.

b.      Objek Kajian Morfologi
     Objek kajian morfologi adalah satuan-satuan morfologi, proses-proses morfologi dan alat-alat dalam proses morfologi itu. Satuan morfologi adalah:
1.      Morfem (akar atau afiks), adalah satuan gramatikal terkecil yang bermakna. Biasanya berupa akar (dasar) dan dapat pula berupa afiks. Bedanya, akar dapat menjadi dasar dalam pembentukan kata, sedangkan afiks tidak dapat. Akar memiliki makna leksikal, sedangkan afiks hanya menjadi penyebab terjadinya makna gramatikal.
2.      Kata, adalah satuan gramatikal yang terjadi sebagai hasil dari proses morfologis.
Lalu, proses morfologi melibatkan komponen:
a.       Dasar (bentuk dasar), merupakan bentuk yang mengalami proses morfologi. Dapat berupa bentuk polimorfemis (bentuk berimbuhan, bentuk ulang atau bentuk gabungan).
b.      Alat pembentuk (afiks, duplikasi, komposisi, akronimisasi dan konversi).
c.       Makna gramatikal, adalah makna yang muncul dalam proses gramatika. Biasanya didikotomikan dengan makna leksikal, yakni makna yang secara inheren dimiliki oleh sebuah leksem. Makna gramatikal ini mempunyai hubungan dengan komponen makna leksikal setiap dasar.


c.       Morfologi dalam Bahasa Arab (الصرف)
            Dalam bahasa Arab, morfologi itu disebut ilmu al-sharf, yaitu ilmu yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata dalam bahasa Arab. Al-Ghalayaini dalam Fuad Nikmah (2008) memaparkan definisi ilmu al-sharf sebagai ilmu yang mengkaji akar kata untuk mengetahui bentuk-bentuk kata Arab dengan segala hal-ihwalnya di luar i’rab dan bina. Hassan dalam Fuad Nikmah (2008) berbeda kajiannya tentang sharaf, dia mengkaji sharaf dari segi nizham sharfy yang melahirkan tiga kelompok kajian; yaitu kajian makna, kajian bentuk dan kajian hubungan antara keduanya.
            Dalam bahasa Arab, ilmu sharf itu mempelajari bentuk-bentuk sebuah kata. Baik itu kata kerja maupun kata benda. Kata kerja (fi’il) dalam bahasa Arab dibagi menjadi bermacam-macam, yaitu:
·        الفعل بالنظر إلى بنيته                الفعل الصحيح و الفعل المعتل
·        الفعل بالنظر إلى زمن و قوعه       الفعل الماضي و الفعل المضارع و الفعل الأمر
·        الفعل بالنظر إلى تركيبه              الفعل المجرد و الفعل المزيد
·        الفعل بالنظر إلى ذكر فاعله من عدمه        الفعل المبنى للمعلوم و الفعل المبنى للمجهول
·         الفعل بالنظر إلى تصريفه           الفعل الجامد و الفعل المتصرف
·        الفعل بالنظر إلى معموله             الفعل اللازم و الفعل المتعدي


D.    Klasifikasi Verba dari Segi Pembentukan Fi’ilnya
Berdasarkan pembentukannya dan huruf- huruf asalnya,  fi’il dibagi menjadi dua, yaitu fi’il shohih dan fi’il mu’tal.
و يقال له النّاقص وذو الأربعة لكون ماضيه على اربعة احرف اذا اخبرت عى نفسك
Dalam kitab Al- Kailani dan Nazham Al- Maqsud dijelaskan bahwasanya mu’tal lam disebut juga fi’il naaqish (kurang) dan mempunyai emapt huruf, sebab keadaan fi’il madhinya empat huruf yakni bila dimasukkan dhamir mutakallim, seperti:
 دَعوْتُ = دعى : رميتُ= رمى : غزرت = غزى Dan sebagainya
Wau  dan Ya’  ditukarkan dengan alif bila kedua- duanya berharkat dan sebelumnya fathah, seperti:  غزى asalnya غَزَوَ
 رمىAsalnya رَمَيَ  ,  عصا asalnya عصو
وكذلك الفعل الزائد على الثلاثة كآعطى و اشترى و استقصى و المعطى والمشترى والمستقصى وإذا لم يسمّى الفاعل من المضارع كقولك يغزى و يرمى و يعطى
Demikian pula wau dan ya’ harus ditukar  dengan alif dalam fi’il yang lebih dari tiga huruf, seperti:  آعطىasalnya آعطو ;  اشترى  asalnya اشتري ;  استقصىasalnya استقصو ; معطىً asalnya معطًوٌ (isim maf’ul).  مشترىAsalnyaمشتري  dan bila tidak disebut fa’ilnya seperti:   يغزى و يرمى و يعطى  dan sebagainya  
امّا الماضى فتحذف اللام منه فى مثال فّعَلَوْا مطلقاً
Adapun fi’il madhi naaqish yang harus dibuang lam fi’ilnya. Contoh:
a.       Wazan فعلوا, yaitu setiap fi’il yang mempunyai dhamir jamak muzakar salim dengan mutlak, baik ‘ain fi’ilnya itu fathah, kasrah atau dhammah. Baik mujarrod maupun maziid, seperti:  رمى رميا رمواasalnyaرميُوا 
b.      Pada missal فعلتْ فعلتا , yaitu setiap fi’il madhi yang mempunyai dhamir ghaib muannats, bila huruf yang sebelumnya  difathah, seperti رمى رمت رمتا : asalnya رميت
c.       Selain pada fi’il- fi’il seperti diatas, lam itu harus tetap ada. Contoh:
غزا غزوا غزوا غزت غزتا غزون غزوت غزوتما غزوتم غزوت غزوتما غزوتن غزوت غزونا
 رمى رميا رموا رمت رمتا رمين رميت رميتما رميتم رميت رميتما رميتن رميت رمينا
 رضي رضيا رضوا رضيت رضيتا رضين رضيت رضيتما رضيتم رضيت رضيتما رضيتن رضيت رضينا
Demikian pula lafaz:
سَرُوَ  سَرُوَا  سَرُوْا  سَرُوَت  سَرُوَتا سَرُوْن سَرُوَتَ سَرُوَتُما سَرُوَتُم سَرُوَتِ سَرُوَتما سَرُوَتن سَرُوَتُ سَرُونا

وإنما فتحت ما قبل واو الضمير فى غزوا و رموا وضمنت فى رضوا و سروا لأن واو الضمير إذا اتصل بالفعل الناقص بعد حذف اللام

Harus difathahkan huruf sebelum waw dhamir pada lafaz:
 غزوا رمواDan didhammahkan huruf sebelum waw pada lafadz  رضوا سروا, sebab waw dhamir bila bertemu dengan fi’il naaqish sesudah membuang lam fi’ilnya adalah sebagai berikut:
فإن انفتح ما قبلها ابقى على الفتح
1)      Kalau huruf sebelum waw dhamir fathah, maka harkat fathahnya ditetapkan, seperti: غزوا رموا
وإن ضمّ اوكسر ضم و اصل وضوا رضيوا انقلت حركة الياء غلى الضاد وحذفت الياء لالتقاء الساكنين
2)      Kalau huruf sebelum waw didhammahkan atau dikasrahkan, maka
huruf sebelum waw itu harus didhammahkan, seperti:
رضي رضوا سروَ سروْا
Adapun asal رضوا, ialh  رضيوا  lalu harkat ya’ (dhammah) dipindahkan kepada  dha, jadi رضُيوا, lalu ya’ nya dibuang sebab ada dua huruf mati, jadi رضوا;  سرُوasalnya سَرُوُوا .
أما المضارع فتسكن اللام منه فى الرفع
a.       Adapun fi’il mudhari’nya, maka lam fi’ilnya harus disukunkan sebagai tanda rafa’nya, seperti:
يغزوا يرمى يرضى
وتحذف فى الجزم وتفتح الياء والواو فى النصب وتثبت الألف
b.      Buang lam fi’ilnya ketika jazm, seperti:
لم يغزُ لم يرمِ  لم يرضَ
c.       Fathahkan ya’ dan waw ketika nashb, seperti:
لن يغزُوَ   لن يرمِيَ 
d.      Ketika nashabnya alif tetap, seperti:
لن يرضَى لن ينهىَ

ويسقط الجازم والناصب النونات سوى نون جماعة المؤنث، فتقول:

e.       Amil yang menjazimkan dan yang menashabkan menganulir beberapa nun (tanda rafa’), selain nun dhamir jamak muannats.
Contoh:
لم يَغْزُ  لم يَغْزُوا  لم يَغْزُوا  لم يرمِ  لم يرمِيا لم يرمُوا
لم يَرضَ لم يَرضَيا لم يَرضَوا

لن يَغْزُوَ  لن يَغْزُوا  لن يَغْزُوا  لن يرمِيَ  لن يرمِيا  لن يرمُوا
لن يَرضَى لن يَرضَيا لن يَرضَوا

وتثبت لام الفعل فى فعل الإثنين و جماعة الإناث
f.       Lam fi’il (alif, waw, ya’) tetap pada fi’il yang mempunyai dhamir tastniyah dan dhamir jamak muannast salim
وتحذف من فعل جماعة الذكور و فعل الواحدة المخاطبة فتقول:
g.      Lam fi’il dibuang dan fi’il  yang mempunyai dhamir jamak muzakkar dan fi’il yang mempunyai dhamir mufrad muannast. Contoh:
يَغْزُو يَغْزُوان  يَغْزُون  تَغْزُو تَغْزُوان  يَغْزُون  تَغْزُو  تَغْزُوان تَغْزُون تَغْزِين تَغْزُوان تَغْزُون اغْزُو نغْزُو

ويسمّى فيه لفظ جماعة الذكور و الإناث فى الخطاب و الغيبة جميعا و التقدير فيهما مختلف
h.      Begitu juga pada fi’il mudhari’ mu’tal lam, antara lafadz yang mempunyai dhamir muzakkar dan muannast dalam mukhatab dan gaibnya, seperti: تغْزُون ,  يَغْزُون tetapi takdirnya berbeda, yaitu:
1.       فوزن جمع المذكر. maka wazan jamak muzakkar يَعْفُون  seperti يَغْزُون, يَغْزُون asalnya: يَغْزُوون dan wazan تَعْفُون untuk mukhatabnya, seperti: تغْزُون, تغْزُون asalnya تغْزُوون : lalu dibuang waw lam fi’ilnya jadi: تغْزُون
2.      ووزن جمع المؤنث. adapun wazan jamak muannats salim, ialah يَفْعُلنseperti:  يغْزُون untuk ghaibnya dan untuk mukhatabnya wazan تفْعُلنseperti:  تغْزُون dengan tidak ada huruf yang dibuang.
Contoh:        
يرمي  يرميان  يرمون  ترمي  ترميان  يرمين  ترمي  ترميان  ترمون  ترمين  ترميان  ترمين  أرمي  نرمى
وأصل ترمون ترميون
تُفعل به ما فُعِلَ بِرَضُوا وهكذا حكم كل ماكان  قبل لامه مكسوراً
Adapun asal ترمون  ,ialah , ترميون  maka diberlakukan atasnya cara yang dilakukan pada lafadz رضوا, yaitu: ترمون asalnya ترميون lalu dhammah ya’ dipindahkan kepada mim sebab tsiqal (berat membacanya), jadi: ترمُيْون, lalu dibuang ya’ (lam fi’ilnya), sebab ada dua huruf yang sukun.
Demikianlah hukum semua lafadz fi’il, yang huruf sebelu  lam fi’ilnya dikasrahkan, seperti:
يهدي  و يناجى  و يرتجي  ويعترى 
Contoh:
يرضي يرضيان يرضون ترضي ترضيان يرضين ترضي ترضيان ترضون ترضين ترضيان ترضين ارضي نرضي
وهكذا قياس يتمطى و يتصابى و يتقلّسى
Lafadz  يرضون asalnya يرضيون  ,lalu ya’ ditukar dengan alif, sebab berada sesudah fathah dan sesudahnya ada waw mati, jadi يرضاون  ,alif itu dibuang, sebab ada dua huruf mati, jadi: يرضون.
Demikian pula lafadz يرضين  . lafadz  ترضينasalnya ترضَيَين ,ya’ pertama ditukar kepada alif, lalu dibuang sebab ada dua huruf mati, jadi: ترضين . Demikian pula lafadz  و يتصابى  يتمطى dan ويتقلّسى
                        ولفظ الواحد المؤنّث فى الخطاب كلفظ جمع المؤنّث فى باب يرمي يرضي و التقدير مختلفٌ
Adapun lafadz yang mempunyai dhamir muannats mufrad seperti: ترضين تتمطّين تتصابين adlah seperti lafadz jamak muannats bab يرمي يرضي  tetapi taqdirnya berbeda.
                       (Adapun fi’il amar dari semua itu), ialah:
اُغْزُ  اُغْزُوَا  اُغْزُوا  اُغْزِي  اُغْزُوَا  اُغْزُوَنَ
ارمِ  ارمِيَا  ارمُوا  ارمِي  ارمِيَا   ارمِين
وارضَ  ارضيا ارضَوا  ارضَي  ارضيَا  ارضين
Tentang Nun Taukid:
وإذا دخلت عليه نون التوكيد اُعيدت اللام المحذوفة فقلت : اغزون ارمين ارضين
Bila fi’il amr naaqish dimasukkan nun taukid tsaqilah atau khafifah, maka lam fi’ilnya yang dibuang itu harus dikembalikan.
Contoh:
1.      Tsaqilah
اُغْزُونَّ  اُغْزُوَانِّ  اُغْزُوُنَّ  اُغْزُوِنَّ  اُغْزُوَانِّ  اُغْزُوَنَانِّ
ارمِيَنّ  ارمِيَانِّ  ارمِيِنَّ  ارمِي  ارمِيَانِّ   ارمِينانِّ
وارضَيِنَّ  ارضيانِّ ارضَوُنَّ  ارضَيِنّ  ارضيَانِّ  ارضينانِّ
2.      Khafifah
اغزوَن  اُغزُون  اُغزوِنْ  ارمِيْن  ارمُون  ارميْن  ارضَين  ارضَون  ارضَين
Begitu pula yang dipaparkan Prof. Dr. Yumna Rasyid M.Pd mengenai fi’il naaqish, yaitu sebagai berikut:
أحوال المشكلة فى بناء النّاقص :
- حرف علّة منقلبة، مثل : دعا- يدعو، علا – يعلو، رمى- يرمى، سعى- يسعى
- حرف علة أصلية، مثل : خشي، سّرُوَ
Beliau menjelaskan beberapa permasalahan pada fi’il naaqish:
1.      Huruf illah yang telah dibalik
2.      Huruf illah asli
- كل أفعال المضارعة الناقصة مقدرة الا إذا دخلت عليها عوامل النواصب، خصوصا للفعل الذى حرف علته أصليّة،
Setiap fi’il mudhori’ naqish ditaqdirkan kecuali diikuti oleh ‘awamilun nawaashib, khususnya fi’il naaqish yang huruf illahnya asli, seperti:
يدعو- لن يدعوَ
يرمي- لن يرميَ
- و إذا دخلت عليها عوامل الجوازم حذف حرف علة،
Dan jika diikuti ‘awamilul jazm, maka harfu illahnya dihilangkan, seperti:
يدعو- لم يدعُ
يرمي – لم يرمِ
***
إذا اتصلت الفعل الماضى بتاء التأنيث حذفت لام فعله فى ناقص الفعل، مثل: رمى- رمت، دعا- دعت، سعى- سعت على وزن فعت. أمّا فى ناقص الياء و الواو بقيت لام فعله، مثل: خشيت على زون فعلت، و سروت  على زون فعلت، إذا اتصل بألف الإثنين، و التاء المتحرّكة و نون النسوة و نا الفاعل ردّت لام الفعل إلى أصله. إذا اتصلت بواو الجماعة حذفت لام فعله.
عَلَواْ (فَعَوا) أصله علوُوا – عَلوْا
خَشُوا (فَعُوا) أصله خَشِيوا- خَشوا- خشُوا
***
- إذا اتصل الفعل المضارع الناقص بألف الإثنين ، ونون النسوة رُدت لام الفعل إلى أصله، إذا اتصل بواو الجماعة و ياء المخاطبة حذفت لام فعله.
الفرق بين ياء المخاطبة ونون النسوة:
- ياء المخاطبة (أنت) : تَخْشَيْنَ (تَفْعَيْنَ) فالياء هو ياء المخاطبة والنون هي نون علامة الرفع
- نون النسوة (أنتن) : تَخْشَيْنَ (تَفْعَيْنَ) فالياء هو حرف علة والنون هي نون النسوة
***
إذا اتصل فعل الأمر الناقص بألف الأثنين ونون النسوة ردّت لامه إلى أصله. وإذا اتصل بواو الجماعة وياء المخاطبة حذفت لام فعله.
Ada juga penjelasan mengenai fi’il naaqish yang dijelaskan di kitab “an-nahwul waadhih” juz satu karya Ali al-Jarim dan Mushtofa Amin, sebagai berikut:
- إذا كان الناقص يائياً او واويا سواء أ كان ماضيا أم مضارعا، و أسند إلى غير الواو أو ياء المخاطبة لا يحدث فيه تغييرٌ.
- إذا كان آخر الماضى الناقص ألفا و أسند إلى غير الواو، فأن كان ثلاثيا ردّت الألف إلى أصلها . و إن زاد على ثلاثة قلبت الألف ياءً
- إذا اتصلت تاء التأنيث بالماضى الناقص الذى آخره ألف حذفت الألف
- إذا أسند الناقص ماضيا او مضارعا إلى واو الجماعة، أو مضارعا إلى ياء المخاطبة حذف حرف العلة و بقيت الفتحة قبل الواو و الياء، إذا كان المحذوف ألفا، و ضم ما قبل واو الجماعة، و كسر ما قبل ياء المخاطبة أذا لم يكن ألفا
- المضارع الناقص الذى آخره ألف إذا اسند إلى ألف الإثنين او نون النسوة قلبت ألفه ياء
- الأمر الناقص كالمضارع فى جميع أحكامه


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.  Tujuan Penelitian
       Penelitian ini kami lakukan untuk mengetahui bentuk-bentuk kesalahan dalam kajian shorof mengenai pembentukan- pembentukan fi’il naaqish, kesalahan apa yang paling dominan, serta faktor penyebab kesalahan itu terjadi, serta memberikan solusi terhadap permasalahan yang kami temukan.

B.  Tempat dan Waktu Penelitian
       Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa tingkat II dan III Jurusan Bahasa dan Sastra Arab Universitas Negeri Jakarta pada hari Jumat, 30 Mei 2014

C.  Metode Penelitian
       Penulis meggunakan metode deskriptif berupa analisis kesalahan. Hal yang pertama kali dilakukan adalah mengumpulkan data, lalu mengkalisifikasikan kesalahan dan dipersentasekan.

D.  Populasi dan Sampel
       Populasi dalam penelitian kami adalah mahasiswa semester IV dan VI (tingkat II & III) Jurusan Bahasa dan sastra Arab Universitas Negeri Jakarta dengan sampel sebanyak 20 mahasiswa.

E.  Teknik Analisis Data
       Berikut ini adalah teknik analisis data yang kami lakukan pada penelitian ini.
1.      Membuat kisi kisi instrument. ( Instrumen yang digunakan berupa test )
2.      Mengumpulkan data dari sampel
3.      Mengidentifikasi kesalahan yang ada pada setiap jawaban
4.      Mengkategorikan kesalahan sesuai dengan indikator/kisi kisi yang telah dibuat
5.      Menghitung frekuensi kesalahan
6.      Membuat persentase data kesalahan
F.   Kisi kisi Instrumen Penelitian
Berikut adalah indikator soal yang penulis lakukan untuk menganalisis kesalahan mahasiswa dalam penggunaan fi’il naaqish

Kompetensi Dasar
Indikator
Jumlah Soal
1.       Memahami fi’il mu’tal naaqish secara umum dan dapat menggunakannya dalam kalimat
Dapat menggunakan fi’il naaqish dalam kalimat
... الطالب إلى تحقيق إرادته

1 buah (butir soal nomor 1)
Dapat mengidentifikasi fi’il naaqish
1 buah (butir soal nomor 2)
2.      Memahami konsep pembentukan- pembentukan fi’il mu’tal naaqish serta dapat mengaplikasikannya dalam kalimat


Dapat menggunakan fi’il madhi naqish jika bertemu dengan ta’ tanist dalam kalimat
2 buah (butir soal nomor 3 dan  4)
Dapat menggunakan fi’il naqish madhi atau mudhari’ jika bertemu dengan wau al- jama’ah dan ya’ al- mukhatabah dalam kalimat
3 buah (butir soal nomor 5,6 dan 7)
Dapat menggunakan fi’il mudhari’naqish alif jika bertemu dengan aliful istnain dan nun an niswah dalam kalimat
2 buah
(butir soal nomor 8 dan 9)
Dapat menggunakan fi’il amr naqish dalam kalimat
1 buah (butir soal nomor 10)
Dapat menggunakan fi’il amr naqish yang diikuti nun at taukid dalam kalimat
1 buah (butir soal nomor 11)
Dapat menggunakan Fi’il mudhori naqis jika bertemu nawashib dan jawazim
3 buah (butir soal nomor 12, 13 dan 14)
Memahami perubahan bentuk fi’il madhi naqish jika bertemu ta’ tanist, aliful isnain, ta almutaharrikah, nun niswah, na al fail
1 buah (butir soal nomor 15)

G.  Instrumen Penelitian
            Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa soal yang bersifat objektif (teks) dengan jumlah 15 butir soal.
اختر الجواب الصّحيح من الأجوبة الأربعة
... الطالب إلى تحقيق إرادته
(۱)

ج. سَعِيَ
أ.    سَعَى
د.  سَعُى
ب.  سَعِى
عيّن الفعل الناقص الصحيح!
(۲)
ج. أنتم ولَيْتم الدائرة الخاصة فى القرية
أ.    نسي أحمد وظيفته
د.  الرجال وفوا الدين على وقته
ب.  يشوى أصحاب المطاعم أسماكاً
ميمونة ... الحجر إلى الكلب.
(۳)
ج. رَمَيْتْ
أ.    رَمَيَتْ
د.  رَمَوَتْ
ب.  رَمَتْ
... الأمُ بِإبنِهِ
  (۴)
ج. رَضِيَتَ
ج. رَضِيَتَ
د.  رَضَتْ
د.  رَضَتْ
المسلمون ... بقدرة الله
(۵)
ج. رَضَو
أ.    رَضَوا
د.  رَضُو

ب.  رَضُوا
الطّلاب ... مشيًا على الأقدام
(۶)
ج. يَغْدَو
أ.    يَغْدُو
د.  يَغْدُون
ب.  يَغْدُ
 ... على هذا الأمرأنتِ
(۷)
ج. تَغْبَيْ
أ.    تَغْبَيْنَ
د.  يَغْبَيْنَ
ب.  تَغْبِيْنَ
ميمونة و فاطمة ... الكلب.
(۸)
ج. تخْشَى
أ.    يَخْشَيانِ
د.  تخْشَيْنَ
ب.  تخْشَيانِ
هُنَّ ... الكلب
 (۹)
ج. تَخْشِيْن
أ.    يَخْشَيْن
د.  تَخْشَي
ب.  تَخْشَيْن
حوَل الفعل الناقص الماضى إلى الأمر !
جَرَتْ هندٌ صباحاً
(۱۰)
ج. جْرِى يا هيداً
أ.    اجْرِى يا هيداً
د.  اجْريا يا هيداً
ب.  اجْرِ يا هيداً
حوَل الفعل الأمر الناقص إلى الفعل الأمر الناقص بنون التوكيد الثقيلة!
ارم القرطاس على المكتب!
(۱۱)
ج. ارمِيِنَّ القرطاس على المكتب!
أ.    ارْمِين القرطاس على المكتب!

د.  ارمِنَّ القرطاس على المكتب!
ب.  ارمِيَنَّ القرطاس على المكتب!

                                         لَنْ ... الرسول إلى الشرّ
(۱۲)
ج. يَدْعُوا
أ.    يَدْعُو

د.  يَدْعُوَ
ب.  يَدْعُ

لَم ... يوسف الرسالة
(۱۳)
ج. يَكتُبُ
أ.    يَكتُبِ

د.  يَكتُبَ
ب.  يَكتُبْ

لاَ ... الزبالة على البلاط
(۱۴)
ج. يَرمِ
أ.    تَرْمِى

د.  ترمو
ب.  تَرْمِ

أنتم ... زهوركم كلّ صباح.
(۱۵)
ج. سَقُوا
أ.    سقُوتم

د.  سَقِيتُم
ب.  سَقِيَتُم






                                                                   


BAB IV
HASIL PENELITIAN
A.     Deskripsi Data Keseluruhan
Instrumen penelitian ini berjumlah 15 butir soal yang merupakan soal objektif berbahasa Arab dan sampel penelitian berjumlah 20 mahasiswa. Jadi jumlah keseluruhan soal yang dikerjakan oleh mahasiswa adalah 300 butir soal. Dari 300 butir soal ditemukan beberapa kesalahan yang dilakukan oleh mahasiswa.
Jumlah dan prosentase kesalahan yang dilakukan mahasiswa dalam konsep pembentukan fi’il naaqish adalah sebagai berikut:


B.     Deskripsi Penelitian
             Instrumen penelitian berupa test dengan 10 indikator yang ingin kami analisis yang dibuat menjadi 15 butir soal. Sampel penelitian yaitu  20 mahasiswa. Sehingga terdapat 300 data yang kami analisis. Berikut adalah tabel analisis kesalahan mahasiswa dalam memahami dan menggunakan konsep pembentukan fi’il naaqish secara keseluruhan.
            Rumus untuk menentukan persentase dari setiap jenis kesalahan adalah sebagai berikut :

Keterangan:
P          :  persentase kesalahan yang dicari
     :  jumlah kesalahan yang dialami siswa
     :  jumlah ketidaksalahan yang dialami siswa

Tingkat prosentase kesalahan:
0%       £  P <  20%     : sangat rendah
20%     £  P <  40%     : rendah
40%     £  P <  60%     : sedang
60%    £  P <  80%     : tinggi
80%     £  P <  100%   : sangat tinggi


      Persentasi kesalahan siswa dalam menjawab pertanyaan adalah sebagai berikut :
Responden
∑ Jawaban Betul
∑ Jawaban Salah
∑ Betul + ∑ Salah
Prosentase Kesalahan
Tingkat Prosentase Kesalahan


A
13
2
15
13%
Sangat Rendah

B
9
6
15
40%
Sedang 

C
8
7
15
47%
Sedang

D
11
4
15
27%
Rendah

E
7
8
15
53%
Sedang

F
7
8
15
53%
Sedang

G
9
6
15
40%
Sedang 

H
11
4
15
27%
Rendah

I
11
4
15
27%
Rendah

J
9
6
15
40%
Sedang 

K
9
6
15
40%
Sedang 

L
9
6
15
40%
Sedang 

M
8
7
15
47%
Sedang

N
9
6
15
40%
Sedang 

O
7
8
15
53%
Sedang

P
8
7
15
47%
Sedang  

Q
6
9
15
60%
Tinggi

R
6
9
15
60%
Tinggi

S
7
8
15
53%
Sedang

T
6
9
15
60%
Tinggi

Jumlah
170
130
300
43%
Sedang

     


Dari table di atas dapat dilihat jumlah jawaban dari seluruh sampel adalah 300 jawaban dan terdapat 130 jawaban salah dengan persentase yang dihasilkan adalah 43%. Kesalahan tertinggi yaitu 60% dengan jumlah jawaban yag salah sebanyak 9 butir dari 15 butir. Sedangkan kesalahan terendah yaitu 13 % dengan jawaban yang salah sebanyak 2 butir dari 15 butir.

C.    Hasil Analisis Data
            Tidak terjadi kesalahan dalam memahami dan menggunakan  konsep pembentukan fi’il naaqish, maka dari itu tidak kami kategorikan ke dalam tabel. Kesalahan yang dilakukan oleh responden, kami kategorikan adalah sebagai berikut:
No.
Kategori Kesalahan
Butir Soal
Jawaban Benar
Jawaban Salah
Jumlah Kesalahan
1
menggunakan fi’il naaqish dalam kalimat
Nomor 1
سَعَى
    سَعِيَ/ سَعِى/ سَعُى
0
Total Kesalahan
0
Prosentase Kesalahan
0%
2
mengidentifikasi fi’il naaqish
Nomor 2
نسي أحمد وظيفته
يشوى أصحاب المطاعم أسماكاً  أنتم ولَيْتم الدائرة الخاصة فى القرية الرجال وفوا الدين على وقته
11
Total Kesalahan
11
Prosentase Kesalahan
55%
3
menggunakan fi’il madhi naqish jika bertemu dengan ta’ tanist
Nomor 3
رَمَتْ
رَمَيَتْ/ رَمَوَتْ / رَمَيْتْ
5
Nomor 4
رَضِيَت
رَضَتْ / رَضَتْ رَضِيَتَ
6
Total Kesalahan
11
Prosentase Kesalahan
27,5%
4
menggunakan fi’il naqish madhi atau mudhari’ jika bertemu dengan wau al- jama’ah dan ya’ al- mukhatabah
Nomor 5
رَضُوا
رَضَو رَضَوا رَضُو
5
Nomor 6
يَغْدُون
يَغْدَو يَغْدُو يَغْدُ
4
Nomor 7
تَغْبَيْنَ
تَغْبَيْ يَغْبَيْنَ تَغْبِيْنَ
10
Total Kesalahan
19
Prosentase Kesalahan
32%
5
menggunakan fi’il mudhari’naqiSh alif jika bertemu dengan aliful istnain dan nun an niswah
Nomor 8
تخْشَيانِ
يَخْشَيانِ تخْشَى تخْشَيْنَ
10
Nomor 9
يَخْشَيْن
تَخْشِيْن تَخْشَي تَخْشَيْن
12
Total Kesalahan
22
Prosentase Kesalahan
55%
6
menggunakan fi’il amr naqish
Nomor 10
جْرِى يا هيداً
اجْرِ يا هيداً جْرِى يا هيداً اجْريا يا هيداً
11
Total Kesalahan
11
Prosentase Kesalahan
55%
7
menggunakan fi’il amr naqish yang diikuti nun at taukid
Nomor 11
ارمِيَنَّ القرطاس على المكتب!
ارْمِين القرطاس على المكتب!  ارمِيِنَّ القرطاس على المكتب!   ارمِنَّ القرطاس على المكتب!
16
Total Kesalahan
16
Prosentase Kesalahan
80%
8
menggunakan Fi’il mudhori naqis jika bertemu nawashib dan jawazim
Nomor 12
يَدْعُوَ
يَدْعُوا يَدْعُو يَدْعُ
10
Nomor 13
يَكتُبْ
يَكتُبُ يَكتُبِ يَكتُبَ
7
Nomor 14
تَرْمِ
يَرمِ ترمو تَرْمِى
11
Total Kesalahan
28
Prosentase Kesalahan
47%
9
Memahami perubahan bentuk fi’il madhi naqish jika bertemu ta’ tanist, aliful isnain, ta almutaharrikah, nun niswah, na al fail
Nomor 15
سَقِيتُم
سَقُوا سَقِيَتُم سقُوتم
12
Total Kesalahan
12
Prosentase Kesalahan
60%









D.   Deskripsi Kesalahan
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dijabarkan di atas, dapat dianalisis dari data kesalahan di atas bahwa kesalahan terbanyak yang dilakukan oleh sampel terdapat pada kategori menggunakan fi’il amr naqish yang diikuti nun at taukid dengan prosentase kesalahan sebanyak 80% (Sangat Tinggi).
Penyebabnya adalah terdapatnya banyak kesulitan dalam memahami berbagai konsep pembentukan- pembentukan fi’il naaqish, disebabkan oleh banyaknya subpokok (generalisasi) materi yang harus dipahami dalam fiil naaqish ini, terutama jika diikuti oleh at- tawaabi’.


PENUTUP

A.    Kesimpulan
            Berdasarkan penelitian ini, terdapat kesalahan sebesar:  x 100 = 43%. Dengan melihat standar klasifikasi jenis kesalahan, maka kesalahan dengan persentase 43% merupakan kesalahan taraf sedang karena masih berada dalam kisaran kesalahan 40%    £  P <  60%.
Kesalahan terbesar yaitu kesalahan dalam menggunakan fi’il amr naqish yang diikuti nun at taukid yaitu sebesar 80%. Kesalahan paling sedikit yaitu menggunakan fi’il madhi naqish alif jika bertemu dengan ta’ tanist yaitu sebesar 27,5% bahkan ada poin yang tidak terdapat kesalahan satupun yaitu dalam penggunaan fi’il naaqish secara umum.
Pada hakikatnya mahasiswa sudah konsep pembentukan- pembentukan fi’il naaqish, namun rata rata kesalahan terjadi karena respoden mahasiswa kurang teliti dan kurang memahami konsep fi’il naaqish yang bersifat khusus.
B.     Saran
            Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat diketahui bahwa masih terdapat banyak kekurangan dari pemahaman responden terhadap konsep pembentukan- pembentukan fi’il naaqish. Juga masih sedikitnya pemahaman responden terhadap perintah pada soal. Oleh karena itu, diharapkan bagi para guru bahasa Arab untuk lebih menjelaskan materi tersebut dengan baik agar para siswa bisa memahami konsepnya. Dan sebaiknya sebagai guru juga memberikan latihan-latihan tambahan, bisa berupa kuis harian, ulangan harian, tugas-tugas kelompok maupun tugas individu, guna menambah pemahaman siswa. Guru juga harus membiasakan siswa untuk memahami soal sebelum menjawab, karena memahami soal merupakan penentu tinggi rendahnya nilai akhir.

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2008. Morfologi bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: PT Rineka Cipta.
Subyakto, Sri Untari. 1994. Analisis Kontrastif dan Kesalahan Suatu Kajian dari Sudut Pandang Guru Bahasa. Jakarta: PPs. UNJ.
Tarigan, Guntur Henry. 2011. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung: Penerbit Angkasa.
Al Jarim, Ali. 1960. An- Nahwu Al- Waadhih al juz al awwal.
Rasyid, Yumna. 2011. Al-fi’lu Shiigotuhu Wa Anwaa’uhu. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.
Anwar, Mochammad. 2007. Ilmu Sharaf Terjemahan Matan Kailani dan Nazham Al- Maqsud. Bandung: Sinar Baru Algesindo.






[1] Henry Guntur T. 2011. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. (Bandung: Penerbit Angkasa) hal. 61
[2] Henry Guntur T. 2011. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. (Bandung: Penerbit Angkasa) hal. 127
[3] Abdul Chaer. 2008. Morfologi bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). (Jakarta: PT Rineka Cipta) hal. 3

No comments:

Post a Comment