KATA PENGANTAR
|
الحَمْدُ للّه لاَ
أَبْغِى بِهِ بّدّلاحَمْدًا يُبَلِّغُ مِنْ رِضْوَانِه الأمَلا ثُمَّ الصَّلاةُ
وَ السَلاَمُ عَلَى خَيْرِ الْوَرَى وَعَلَى ساَدَاتِنَا الِه وَ صَحْبِه
الْفُضَلا
|
Kalimat syukur diucapkan oleh hamba yang dhaif
ini atas kemampuan yang diberikan oleh Allah SWT untuk menyusun dan menuliskan
hasil analisis yang sederhana ini. Shalawat dan salam disanjungkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang perjalanan hidupnya menjadi inspirasi dan motivasi bagi
penulis untuk membuat karya yang bermanfaat bagi penulis dan pembacanya.
Maksud penulisan makalah ini adalah sebagai
bahan referensi dalam pembelajaran bahasa Arab.
Berkenaaan dengan hal ini, penulis ucapkan
terimakasih yang tak terhingga kepada
Ibu Prof. DR. Yumna Rasyid, M.Pd., selaku dosen mata kuliah Analisis Kontrastif
dan Analisis Kesalahan yang telah membimbing dan memberikan kuliah demi
terselesainya tugas makalah ini.
Akhirnya penulis sadari bahwasanya dalam
penulisan makalah yang sederhana ini
masih banyak menyimpan kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu penulis
berharap saran dan kritik dari semua pihak untuk proses perbaikan.
Akhirnya teriring doa, semoga apa yang
dituliskan bisa terealisasikan dan
menjadi amal manfaat bagi penulis.
Jakarta, 9 Juni 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kesalahan dalam
berbahasa sering terjadi dalam proses belajar bahasa, karena dengan
adanya kesalahan, pembelajar bahasa berusaha untuk mengerti dan memahami apa yang dipelajarinya
(Tarigan 1990:141). Kesalahan berbahasa dapat terjadi, salah satunya karena
adanya perbedaan gramatika dan kosakata dari bahasa ibu dengan bahasa target
yang dipelajari seorang.
Terjadinya
kesalahan berbahasa di kalangan siswa yang sedang belajar bahasa terutama
belajar bahasa kedua, merupakan fenomena yang mendorong para ahli pengajaran
bahasa untuk mempelajari kesalahan berbahasa. Dari studi tentang kesalahan berbahasa itu dapat diketahui bahwa proses
terjadinya kesalahan berbahasa berhubungan erat dengan proses belajar bahasa.
Kesalahan berbahasa merupakan gejala yang itern dengan proses belajar bahasa.
Oleh karena itu, untuk memahami proses terjadinya kesalahan berbahasa, terutama
di kalangan mahasiswa yang sedang belajar bahasa, diperlukan pemahaman tentang
konsep-konsep belajar bahasa.
Studi mengenai
kesalahan dalam kaitannya dengan pengajaran bahasa, baik pengajaran bahasa
sumber (BS) maupun bahasa target (BT) adalah
sangat fungsional. Mengenai kegiatan pengkajian kesalahan itu dapat diungkapkan
berbagai hal mengenai kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh siswa.
Para ahli
linguistik, pengajaran bahasa dan guru bahasa sependapat bahwa kesalahan
berbahasa itu mengganggu pencapaian tujuan pengajaran bahasa. Bahkan ada
pernyataan ekstrem mengenai kesalahan berbahasa, yang berbunyi “kesalahan
berbahasa yang dilakukan oleh siswa menandakan pengajaran bahasa tidak berhasil
atau gagal”. Oleh karena itu, kesalahan berbahasa yang sering dilakukan siswa
harus dikurangi dan kalau bisa dihapuskan. Hal ini baru dapat tercapai apabila
seluk-beluk kesalahan berbahasa itu dikaji secara mendalam. Pengkajian segala
aspek kesalahan itulah yang dimaksud dengan istilah Analisis Kesalahan (Anakes)
disini.
Analisis kesalahan
berbahasa dapat terjadi di semua tataran kebahasaan. Dalam bidang kajian bahasa
terdapat kajian fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantic. Bidang linguistik
yang mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa
disebut fonologi. Adapun sintaksis membahas tentang tata bahasa dan hubungan
antarkata dalam kalimat. Adapun morfologi membahas tentang kata dan
bentukan-bentukan nya.
Namun, dalam
makalah ini, penulis fokus membahas
analisis kesalahan dalam bidang morfologi. Dalam makalah ini, penulis akan membahas masalah suatu
fi’il yang salah satu huruf asalnya terdiri dari huruf ‘illat, yaitu waw, alif
dan ya’ seperti وعد – خاف- يسر dan sebagainya. Fi’il mu’tal dapat terjadi pada fa fi’il,
‘ainul fi’il atau laam fi’ilnya. Maka, penulis akan memfokuskan kembali pada
pembahasan fi;il mu’tal lam atau disebut fi’il naaqish.
B.
Pembatasan Masalah
Dalam makalah Analisis Kesalahan ini, penulisannya hanya akan dibatasi pada masalah-masalah Pembentukan
Fi’il Naqish
C.
Rumusan Masalah
Sehubungan dengan pembatasan masalah tersebut di atas, maka penulis
merumuskan masalah ini sebagai berikut:
1.
Apa yang dimaksud dengan Analisis Kesalahan?
2.
Apakah pengertian dari Kesalahan Berbahasa?
3.
Apa yang dimaksud dengan Morfologi?
4.
Apa itu Morfologi dalam bahasa Arab?
5.
Apa yang dimaksud dengan Fi’il Naaqish?
6.
Bagaimanakah pembentukan- pembentukan Fi’il Naaqish?
7.
Bagaimana bentuk bentuk kesalahan mahasiswa dalam menggunakan Fi’il Naaqish?
8.
Berapa prosentase kesalahan dalam menggunakan Fi’il Naaqish?
D.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penulisan makalah yang berjudul Fi’il Naaqish (Analisis Kesalahan Morfologi) ini adalah:
1. Untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Analisis Kesalahan.
2. Memberikan
pengetahuan mengenai
Analisis Kesalahan dan Kesalahan Berbahasa.
3. Menambah wawasan mengenai Morfologi dalam
bahasa Arab.
4. Memberikan pengetahuan dan gambaran tentang Fi’il Naaqish
5. Mengetahui pembentukan dan perubahan Fi’il
Naaqish
6. Mengetahui bentuk bentuk kesalahan mahasiswa
dalam menggunakan Fi’il Naaqish
7. Mengetahui prosentase kesalahan dalam menggunakan Fi’il Naaqish
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Analisis Kesalahan
a.
Pengertian
Corder mengatakan dalam Abdul Chaer
(2008) bahwa analisis kesalahan merupakan suatu aktivitas yang mengkaji
kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh seorang pelajar BT tersebut. Sedangkan
Richards dan Sampson dalam Abdul Chaer (2008) mengatakan bahwa kajian mengenai
kesalahan-kesalahan yang dibuat pelajar BT harus ditinjau dari tujuh (7) faktor
yang menyebabkan kesalahan-kesalahan tersebut terjadi. Factor-faktor tersebut
adalah:
w Pengalihan
Bahasa (Language Transfer)
w Pengalihan BT
itu sendiri (Intralingual Interference)
w Situasi
Sosiolinguistik
w Modalitas
(Modality)
w Usia (Age)
w Kurangnya
stabilitasnya “antarbahasa” seseorang
w Hirarki
kesukaran yang universal
Hendrickson
dan Corder mengatakan dalam Tarigan (2011) bahwa analisis kesalahan itu berguna
untuk mengetahui beberapa hal mengenai kesalahan yang dibuat pelajar BT yakni:
w Kesalahan
berguna sebagai tanda bahwa pelajar BT memang sungguh belajar.
w Kesalahan merupakan
indicator bahwa ada kemajuan.
w Kesalahan
memberi umpan balik tentang efektivitas materi ajar dan metode penyajian oleh
pengajar.
w Kesalahan
menunjukkan bagian-bagian mana dari suatu silabus bahasa yang belum dipelajari
dengan sempurna.
w Kesalahan-kesalahan
yang banyak dibuat dapat menjadi bahan untuk penulisan latihan-latihan
perbaikan.
Menganalisis
kesalahan yang dilakukan oleh para siswa jelas memberikan manfaat tertentu,
karena pemahaman terhadap kesalahan itu merupakan umpan balik yang sangat
berharga bagi pengevaluasian dan perencanaan penyusunan materi dan strategi
pengajaran di kelas. Adapun Analisis Kesalahan mempunyai tujuan untuk:
§ Menentukan
urutan penyajian hal-hal yang diajarkan dalam kelas dan buku teks, misalnya
urutan mudah-sulit.
§ Menentukan
urutan jenjang relative penekanan, penjelasan dan latihan-latihan berbagai hal
bahan yang diajarkan.
§ Merencanakan
latihan dan pengajaran remedial.
§ Memilih hal-hal
bagi pengujian kemahiran siswa. (Abdul Chaer, 2008)
B.
Kesalahan Berbahasa
a.
Pengertian
Pembahasan
tentang kesalahan berbahasa merupakan masalah yang tidak sederhana, tetapi bisa
juga menjadi tidak ada masalah yang harus dibahas dalam kesalahan berbahasa.
Oleh karena itu, kita harus mengetahui terlebih dahulu tentang pengertian
kesalahan berbahasa. Corder dalam Tarigan (2011) menggunakan 3 (tiga) istilah
untuk membatasi kesalahan berbahasa: (1) Lapses, (2) Error, dan (3)
Mistake. Ketiga istilah itu memiliki domain yang berbeda-beda dalam
memandang kesalahan berbahasa. Corder dalam Tarigan (2011) menjelaskan:
1.
Lapses
Lapses adalah kesalahan berbahasa akibat penutur beralih cara untuk
menyatakan sesuatu sebelum seluruh tuturan (kalimat) selesai dinyatakan
selengkapnya. Untuk berbahasa lisan, jenis kesalahan ini diistilahkan dengan “slip
of the tongue” sedang untuk berbahasa tulis, jenis kesalahan ini
diistilahkan “slip of the pen”. Kesalahan ini terjadi akibat
ketidaksengajaan dan tidak disadari oleh penuturnya.
2.
Error
Error adalah kesalahan berbahasa akibat penutur melanggar kaidah atau
aturan tata bahasa (breaches of code). Kesalahan ini terjadi akibat
penutur sudah memiliki aturan (kaidah) tata bahasa yang berbeda dari tata
bahasa yang lain, sehingga itu berdampak pada kekurangsempurnaan atau
ketidakmampuan penutur. Hal tersebut berimplikasi terhadap penggunaan bahasa,
terjadi kesalahan berbahasa akibat penutur menggunakan kaidah bahasa yang
salah.
3.
Mistake
Mistake adalah kesalahan berbahasa
akibat penutur tidak tepat dalam memilih kata atau ungkapan untuk suatu situasi
tertentu. Kesalahan ini mengacu kepada kesalahan akibat penutur tidak tepat
menggunakan kaidah yang diketahui benar, bukan karena kurangnya penguasaan
bahasa kedua (BT).
Bagi Burt dan Kiparsky dalam Tarigan (2011) mengistilahkan
kesalahan berbahasa itu dengan “goof”, “goofing”, dan “gooficon”.
Sedangkan Huda (1981) mengistilahkan kesalahan berbahasa itu dengan “kekhilafan
(error)”. Kekhilafan (error), menurut Nelson Brook dalam Syafi’ie
dalam Tarigan (2011), (itu “dosa/kesalahan” yang harus dihindari dan dampaknya
harus dibatasi, tetapi kehadiran kekhilafan itu tidak dapat dihindari dalam
pembelajaran bahasa kedua.
Ditegaskan oleh Dulay,
Burt maupun Richard dalam Abdul Chaer (2008), kekhilafan akan selalu muncul
betapa pun usaha pencegahan dilakukan, tidak seorang pun dapat belajar bahasa
tanpa melakukan kekhilafan (kesalahan) berbahasa. Menurut temuann kajian dalam
bidang psikologi kognitif, setiap anak yang sedang memperoleh dan belajar
bahasa kedua (BT) selalu membangun bahasa melalui proses kreativitas. Jadi,
kekhilafan adalah hasil atau implikasi dari kreativitas, bukan suatu kesalahan
berbahasa.
Kesalahan berbahasa
dipandang sebagai bagian dari proses belajar bahasa. Ini berarti bahwa
kesalahan berbahasa adalah bagian yang integral dari pemerolehan dan pengajaran
bahasa.
b.
Kategori Kesalahan Berbahasa
Kesalahan
berbahasa dapat terjadi dalam setiap tataran linguistic (kebahasaan). Ada
kesalahan yang terjadi dalam tataran fonologi, morfologi, sintaksis, wacana dan
semantik. Kesalahan berbahasa dapat disebabkan oleh intervensi (tekanan) bahasa
pertama (BS) terhadap bahasa kedua (BT). Kesalahan berbahasa yang paling umum
terjadi akibat penyimpangan kaidah bahasa. Hal itu terjadi oleh perbedaan
kaidah (struktur) bahasa pertama (BS) dengan bahasa kedua (BT).
Selain
itu kesalahan terjadi oleh adanya transfer negatif atau intervensi BS pada BT.
Dalam pengajaran bahasa, kesalahan berbahasa disebabkan oleh banyak faktor, di
antaranya: kurikulum, guru, pendekatan, pemilihan bahan ajar, serta cara pengajaran
bahasa yang kurang tepat (Tarigan, 2011:85).
Kesalahan
berbahasa atau language errors memang berbagai macam jenisnya dan dapat
dikelompokkan dengan berbagai cara sesuai dengan cara kita memandangnya. Namun,
ada ahli yang membedakannya atas dua jenis, yaitu[2]:
·
Kesalahan yang disebabkan oleh factor-faktor kelelahan, keletihan,
dan kurangnya perhatian, yang oleh Chomsky dalam Tarigan (2011) disebut “factor
performansi”. Kesalahan performansi ini, yang merupakan kesalahan penampilan,
dalam beberapa kepustakaan disebut mistakes.
·
Kesalahan yang diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan mengenai
kaidah-kaidah bahasa, yang disebut oleh Chomsky dalam Abdul Chaer (2008) sebagai “factor kompensasi”, merupakan
penyimpangan-penyimpangan sistematis yang disebabkan oleh pengetahuan pelajar
yang sedang berkembang mengenai system BT atau bahasa kedua disebut errors
dalam Abdul Chaer (2008)
Ada pendapat lain mengenai kategori kesalahan berbahasa, yaitu:
1.
Kesalahan Interferensi dan bukan Interferensi (Interlingual><
Intralingual)
Kesalahan Interlingual adalah
kesalahan yang mengacu pada pengaruh negatif terhadap BT. Sedangkan, kesalahan
Intralingual adalah kesalahan dalam perkembangan pemerolehan BT akibat
kesulitan pelajar BT dalam bahasa asing itu sendiri. Adapun sumber kesalahan
itu menurut Richard adalah:
a. Generalisasi yang terlalu luas (over
generalization) terjadi karena penerapan dan struktur (BT dan BS) menjadi
satu.
b. Tidak mengetahui batas-batas suatu kaidah (Ignorance
of Rule restriction) penerapan kaidah yang salah.
c. Penerapan kaidah yang kurang lengkap akibat
kesulitan penerapan penggunaan struktur atau kaidah tertentu.
d. Kesalahan pembuatan kesimpulan konsep-konsep
disebabkan interferensi yang salah tentang nuansa perbedaan dalam BT dan
penyajian guru yang kurang tepat.
2. Kesalahan karena ketidakbenaran unsur-unsur
bahasa mikrolinguistik dan interpretasi makrolinguistik.
a. Kesalahan dalam mikrolinguistik adalah:
§ Kesalahan fonologi
§ Kesalahan morfologi
§ Kesalahan kosakata, biasanya penggunaan istilah bukan pada
tempatnya (error approprianteness) yang dibagi ke dalam 4 macam yaitu:
a)
Kesalahan
referensi
b)
Kesalahan
register
c)
Kesalahan
sosial
d)
Kesalahan
struktur
b. Kesalahan dalam makrolinguistik yaitu kesalahan
yang disebabkan oleh unsur-unsur yang tidak benar interpretasinya dalam tataran
makro, contohnya interpretasi budaya silang.
3. Kesalahan yang mendarah-daging (fossilized
errors) bagi orang-orang tertentu. Kesalahan ini sukar dihapus karena digunakan
bertahun-tahun oleh pelajar BT. Hal ini berkaitan dengan usia siswa, seperti
“Saya pulang daripada Surabaya.”
4. Kesalahan Global dan Kesalahan Lokal.
· Kesalahan global adalah kesalahan linguistik
yang menyebabkan penutur BT salah menafsirkan pesan atau pesan tersebut kurang
dimengerti dalam konteks tekstual tersebut.
· Kesalahan lokal adalah kesalahan linguistik
secara gramatikal tetapi tidak menyebabkan kesalahan penafsiran makna penutur
asli.
Kesalahan
ini dibagi menjadi 4 macam yaitu antara lain:
a. Kesalahan global leksikal dan lokal leksikal,
akibat kurang lengkapnya kompetensi BT.
b. Kesalahan global morfologis dan lokal
morfologis.
c. Kesalahan global sintaksis & lokal
sintaksis.
d. Kesalahan global ortografis dan lokal
ortografis
c.
Sebab-sebab Kesalahan
Sebab-sebab
kesalahan yang dibuat oleh pelajar BT akan dikaji dalam bagian ini, secara umum
kesalahan-kesalahan seseorang pelajar BT yang dapat diklasifikasikan menurut
sudaut pandang bermacam-macam. Pengelompokan sebab-sebab kesalahan itu, sebagai
berikut:
1.
Kesalahan-kesalahan yang disebabkan oleh interferensi, dan
kesalahan-kesalahan yang bukan disebabkan oleh interferensi tetapi oleh
kesulitan-kesulitan yang disebabkan oleh pembelajaran itu sendiri.
2.
Kesalahan-kesalahan yang disebabkan oleh unsure-unsur yang tidak
benar dalam mikrolinguistik dan kesalahan-kesalahan yang disebabkan oleh
unsure-unsur yang tidak benar interpretasinya dalam mikrolinguistik.
3.
Kesalahan-kesalahan yang sukar diberantas karena sudah “mendarah
daging” (yang dijuluki “kesalahan yang membatu”/ fossilized errors) dan
kesalahan-kesalahan yang tidak sukar diberantas.
4.
Kesalahan-kesalahan yang menyebabkan lawan bicara tidak mengerti
maksud atau tujuannya (global errors) dan kesalahan-kesalahan yang tidak
menyebabkan salah faham (local errors).
C.
Morfologi
a.
Pengertian
Secara
etimologi, kata morfologi berasal dari kata morf yang berarti bentuk dan logi
yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah kata morfologi berarti ilmu mengenai
bentuk[3].
Di dalam kajian linguistik, morfologi berarti ilmu mengenai bentuk-bentuk dan
pembentukan kata.
Morfologi
menurut Ramlan dalam Abdul Chaer (2008) ialah bagian dari ilmu bahasa yang
membicarakan atau yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh
perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Sedangkan
menurut Tarigan (2011:68) membagi morfologi menjadi dua tipe analisis yaitu:
·
Morfologi Sinkronik, menelaah morfem-morfem dalam satu cakupan
waktu tertentu, baik waktu lalu maupun waktu kini.
·
Morfologi Diakronik, menelaah sejarah atau asal-usul kata, dan
mempermasalahkan mengapa misalnya pemakaian kata kini berbeda dengan pemakaian
kata pada masa lalu.
Adapun
proses morfologis, berdasarkan pengertian yang diberikan oleh M. Ramlan ialah
proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya.
b.
Objek Kajian Morfologi
Objek
kajian morfologi adalah satuan-satuan morfologi, proses-proses morfologi dan
alat-alat dalam proses morfologi itu. Satuan morfologi adalah:
1.
Morfem (akar atau afiks), adalah satuan gramatikal terkecil yang
bermakna. Biasanya berupa akar (dasar) dan dapat pula berupa afiks. Bedanya,
akar dapat menjadi dasar dalam pembentukan kata, sedangkan afiks tidak dapat.
Akar memiliki makna leksikal, sedangkan afiks hanya menjadi penyebab terjadinya
makna gramatikal.
2.
Kata, adalah satuan gramatikal yang terjadi sebagai hasil dari
proses morfologis.
Lalu, proses morfologi melibatkan
komponen:
a.
Dasar (bentuk dasar), merupakan bentuk yang mengalami proses
morfologi. Dapat berupa bentuk polimorfemis (bentuk berimbuhan, bentuk ulang
atau bentuk gabungan).
b.
Alat pembentuk (afiks, duplikasi, komposisi, akronimisasi dan
konversi).
c.
Makna gramatikal, adalah makna yang muncul dalam proses gramatika.
Biasanya didikotomikan dengan makna leksikal, yakni makna yang secara inheren
dimiliki oleh sebuah leksem. Makna gramatikal ini mempunyai hubungan dengan
komponen makna leksikal setiap dasar.
c. Morfologi dalam
Bahasa Arab (الصرف)
Dalam bahasa Arab,
morfologi itu disebut ilmu al-sharf, yaitu ilmu yang mempelajari
seluk-beluk bentuk kata dalam bahasa Arab. Al-Ghalayaini dalam Fuad
Nikmah (2008) memaparkan definisi ilmu al-sharf sebagai ilmu yang
mengkaji akar kata untuk mengetahui bentuk-bentuk kata Arab dengan segala
hal-ihwalnya di luar i’rab dan bina. Hassan dalam Fuad Nikmah
(2008) berbeda kajiannya tentang sharaf, dia mengkaji sharaf dari
segi nizham sharfy yang melahirkan tiga kelompok kajian; yaitu kajian
makna, kajian bentuk dan kajian hubungan antara keduanya.
Dalam bahasa Arab, ilmu sharf itu mempelajari bentuk-bentuk sebuah
kata. Baik itu kata kerja maupun kata benda. Kata kerja (fi’il) dalam bahasa
Arab dibagi menjadi bermacam-macam, yaitu:
·
الفعل بالنظر إلى بنيته الفعل الصحيح و الفعل المعتل
·
الفعل بالنظر إلى زمن و قوعه الفعل الماضي و الفعل المضارع و الفعل
الأمر
·
الفعل بالنظر إلى تركيبه الفعل المجرد و الفعل المزيد
·
الفعل بالنظر إلى ذكر فاعله من عدمه الفعل المبنى للمعلوم و الفعل المبنى
للمجهول
·
الفعل بالنظر إلى تصريفه الفعل الجامد و الفعل المتصرف
·
الفعل بالنظر إلى معموله الفعل اللازم و الفعل المتعدي
D.
Klasifikasi Verba dari Segi Pembentukan Fi’ilnya
Berdasarkan pembentukannya
dan huruf- huruf asalnya, fi’il dibagi menjadi dua, yaitu fi’il shohih dan fi’il mu’tal.
و
يقال له النّاقص وذو الأربعة لكون ماضيه على اربعة احرف اذا اخبرت عى نفسك
Dalam kitab Al-
Kailani dan Nazham Al- Maqsud dijelaskan bahwasanya mu’tal lam disebut juga
fi’il naaqish (kurang) dan mempunyai emapt huruf, sebab keadaan fi’il madhinya
empat huruf yakni bila dimasukkan dhamir mutakallim, seperti:
دَعوْتُ
= دعى : رميتُ= رمى : غزرت = غزى Dan
sebagainya
Wau dan Ya’ ditukarkan dengan alif bila kedua- duanya
berharkat dan sebelumnya fathah,
seperti: غزى asalnya غَزَوَ
رمىAsalnya رَمَيَ , عصا asalnya
عصو
وكذلك
الفعل الزائد على الثلاثة كآعطى و اشترى و استقصى و المعطى والمشترى والمستقصى
وإذا لم يسمّى الفاعل من المضارع كقولك يغزى و يرمى و يعطى
Demikian pula
wau dan ya’ harus ditukar dengan alif
dalam fi’il yang lebih dari tiga huruf, seperti: آعطىasalnya آعطو ; اشترى asalnya اشتري ; استقصىasalnya استقصو ; معطىً asalnya معطًوٌ (isim
maf’ul). مشترىAsalnyaمشتري
dan bila tidak disebut
fa’ilnya seperti: يغزى
و يرمى و يعطى dan sebagainya
امّا الماضى فتحذف اللام منه فى مثال فّعَلَوْا مطلقاً
Adapun
fi’il madhi naaqish yang harus dibuang lam fi’ilnya. Contoh:
a.
Wazan فعلوا,
yaitu setiap fi’il yang mempunyai dhamir jamak muzakar salim dengan mutlak,
baik ‘ain fi’ilnya itu fathah, kasrah atau dhammah. Baik mujarrod maupun
maziid, seperti: رمى
رميا رمواasalnyaرميُوا
b.
Pada missal فعلتْ فعلتا , yaitu setiap fi’il madhi yang mempunyai
dhamir ghaib muannats, bila huruf yang sebelumnya difathah, seperti رمى رمت رمتا : asalnya رميت
c.
Selain pada fi’il- fi’il seperti diatas, lam itu harus tetap ada. Contoh:
غزا غزوا غزوا غزت غزتا غزون غزوت غزوتما غزوتم غزوت غزوتما
غزوتن غزوت غزونا
رمى رميا رموا رمت رمتا رمين رميت رميتما رميتم رميت
رميتما رميتن رميت رمينا
رضي رضيا رضوا رضيت
رضيتا رضين رضيت رضيتما رضيتم رضيت رضيتما رضيتن رضيت رضينا
Demikian pula lafaz:
سَرُوَ سَرُوَا سَرُوْا سَرُوَت سَرُوَتا سَرُوْن سَرُوَتَ سَرُوَتُما سَرُوَتُم
سَرُوَتِ سَرُوَتما سَرُوَتن سَرُوَتُ سَرُونا
وإنما فتحت ما قبل واو الضمير فى غزوا و رموا وضمنت فى رضوا
و سروا لأن واو الضمير إذا اتصل بالفعل الناقص بعد حذف اللام
Harus difathahkan huruf sebelum waw dhamir
pada lafaz:
غزوا رمواDan didhammahkan huruf sebelum waw pada lafadz رضوا سروا, sebab waw dhamir bila bertemu dengan fi’il naaqish sesudah
membuang lam fi’ilnya adalah sebagai berikut:
فإن انفتح ما قبلها ابقى على الفتح
1) Kalau huruf sebelum waw dhamir fathah, maka
harkat fathahnya ditetapkan, seperti: غزوا رموا
وإن ضمّ اوكسر ضم و اصل وضوا رضيوا انقلت حركة الياء غلى
الضاد وحذفت الياء لالتقاء الساكنين
2) Kalau huruf sebelum waw didhammahkan atau
dikasrahkan, maka
huruf sebelum waw itu harus didhammahkan,
seperti:
رضي رضوا سروَ سروْا
Adapun asal رضوا, ialh رضيوا lalu harkat ya’ (dhammah) dipindahkan
kepada dha, jadi رضُيوا, lalu ya’ nya dibuang sebab ada dua huruf mati, jadi رضوا; سرُوasalnya سَرُوُوا .
أما المضارع فتسكن اللام منه فى الرفع
a. Adapun fi’il mudhari’nya, maka lam fi’ilnya
harus disukunkan sebagai tanda rafa’nya, seperti:
يغزوا يرمى يرضى
وتحذف فى الجزم وتفتح الياء والواو فى النصب وتثبت الألف
b. Buang lam fi’ilnya ketika jazm, seperti:
لم يغزُ لم يرمِ لم يرضَ
c. Fathahkan ya’ dan waw ketika nashb, seperti:
لن يغزُوَ
لن يرمِيَ
d. Ketika nashabnya alif tetap, seperti:
لن يرضَى لن ينهىَ
ويسقط الجازم والناصب النونات سوى نون جماعة
المؤنث، فتقول:
e. Amil yang menjazimkan dan yang menashabkan
menganulir beberapa nun (tanda rafa’), selain nun dhamir jamak muannats.
Contoh:
لم يَغْزُ لم
يَغْزُوا لم يَغْزُوا لم يرمِ لم يرمِيا لم يرمُوا
لم يَرضَ لم يَرضَيا لم يَرضَوا
لن يَغْزُوَ لن
يَغْزُوا لن يَغْزُوا لن يرمِيَ لن يرمِيا
لن يرمُوا
لن يَرضَى لن يَرضَيا لن يَرضَوا
وتثبت لام الفعل فى فعل الإثنين و جماعة الإناث
f. Lam fi’il (alif, waw, ya’) tetap pada fi’il
yang mempunyai dhamir tastniyah dan dhamir jamak muannast salim
وتحذف من فعل جماعة الذكور و فعل الواحدة المخاطبة فتقول:
g. Lam fi’il dibuang dan fi’il yang mempunyai dhamir jamak muzakkar dan
fi’il yang mempunyai dhamir mufrad muannast. Contoh:
يَغْزُو يَغْزُوان يَغْزُون
تَغْزُو تَغْزُوان يَغْزُون تَغْزُو
تَغْزُوان تَغْزُون تَغْزِين تَغْزُوان تَغْزُون اغْزُو نغْزُو
ويسمّى فيه لفظ جماعة الذكور و الإناث فى الخطاب
و الغيبة جميعا و التقدير فيهما مختلف
h. Begitu juga pada fi’il mudhari’ mu’tal lam,
antara lafadz yang mempunyai dhamir muzakkar dan muannast dalam mukhatab dan
gaibnya, seperti: تغْزُون , يَغْزُون tetapi takdirnya berbeda, yaitu:
1. فوزن جمع المذكر. maka wazan jamak
muzakkar يَعْفُون seperti يَغْزُون, يَغْزُون asalnya: يَغْزُوون dan wazan تَعْفُون untuk mukhatabnya, seperti: تغْزُون, تغْزُون asalnya تغْزُوون
: lalu dibuang waw lam fi’ilnya jadi: تغْزُون
2. ووزن جمع المؤنث. adapun wazan jamak muannats salim,
ialah
يَفْعُلنseperti: يغْزُون untuk ghaibnya dan untuk mukhatabnya wazan تفْعُلنseperti: تغْزُون dengan tidak ada huruf
yang dibuang.
Contoh:
يرمي يرميان يرمون ترمي ترميان يرمين ترمي ترميان ترمون ترمين ترميان ترمين أرمي نرمى
وأصل ترمون ترميون
تُفعل به ما فُعِلَ بِرَضُوا وهكذا حكم كل
ماكان قبل لامه مكسوراً
Adapun asal ترمون ,ialah , ترميون maka diberlakukan atasnya cara yang dilakukan
pada lafadz رضوا, yaitu: ترمون asalnya ترميون lalu dhammah ya’ dipindahkan kepada mim sebab
tsiqal (berat membacanya), jadi: ترمُيْون, lalu dibuang ya’ (lam
fi’ilnya), sebab ada dua huruf yang sukun.
Demikianlah hukum semua lafadz fi’il, yang huruf sebelu lam fi’ilnya dikasrahkan, seperti:
يهدي و
يناجى و يرتجي ويعترى
Contoh:
يرضي يرضيان يرضون ترضي ترضيان يرضين ترضي
ترضيان ترضون ترضين ترضيان ترضين ارضي نرضي
وهكذا قياس يتمطى و يتصابى و يتقلّسى
Lafadz يرضون asalnya يرضيون ,lalu ya’ ditukar dengan alif, sebab berada
sesudah fathah dan sesudahnya ada waw mati, jadi يرضاون ,alif itu dibuang, sebab ada dua huruf mati,
jadi: يرضون.
Demikian pula lafadz يرضين . lafadz ترضينasalnya ترضَيَين ,ya’ pertama ditukar kepada alif, lalu dibuang sebab ada dua
huruf mati, jadi:
ترضين . Demikian pula lafadz و يتصابى
يتمطى dan ويتقلّسى
ولفظ الواحد المؤنّث فى الخطاب كلفظ جمع المؤنّث
فى باب يرمي يرضي و التقدير مختلفٌ
Adapun lafadz yang mempunyai dhamir muannats mufrad seperti: ترضين تتمطّين تتصابين adlah seperti lafadz jamak muannats bab يرمي يرضي tetapi taqdirnya berbeda.
(Adapun fi’il amar dari
semua itu), ialah:
اُغْزُ
اُغْزُوَا اُغْزُوا اُغْزِي
اُغْزُوَا اُغْزُوَنَ
ارمِ
ارمِيَا ارمُوا ارمِي
ارمِيَا ارمِين
وارضَ
ارضيا ارضَوا ارضَي ارضيَا
ارضين
Tentang Nun Taukid:
وإذا دخلت عليه نون التوكيد اُعيدت اللام
المحذوفة فقلت : اغزون ارمين ارضين
Bila fi’il amr naaqish dimasukkan nun taukid tsaqilah atau khafifah, maka
lam fi’ilnya yang dibuang itu harus dikembalikan.
Contoh:
1. Tsaqilah
اُغْزُونَّ
اُغْزُوَانِّ اُغْزُوُنَّ اُغْزُوِنَّ
اُغْزُوَانِّ اُغْزُوَنَانِّ
ارمِيَنّ
ارمِيَانِّ ارمِيِنَّ ارمِي
ارمِيَانِّ ارمِينانِّ
وارضَيِنَّ
ارضيانِّ ارضَوُنَّ ارضَيِنّ ارضيَانِّ
ارضينانِّ
2. Khafifah
اغزوَن اُغزُون اُغزوِنْ
ارمِيْن ارمُون ارميْن ارضَين
ارضَون ارضَين
Begitu pula yang dipaparkan Prof. Dr. Yumna Rasyid M.Pd mengenai fi’il naaqish, yaitu sebagai berikut:
أحوال المشكلة فى بناء النّاقص :
- حرف علّة منقلبة، مثل : دعا- يدعو، علا – يعلو، رمى- يرمى، سعى- يسعى
- حرف علة أصلية، مثل : خشي، سّرُوَ
Beliau menjelaskan beberapa permasalahan pada fi’il naaqish:
1.
Huruf illah yang telah dibalik
2.
Huruf illah asli
- كل أفعال المضارعة الناقصة مقدرة الا إذا دخلت عليها عوامل النواصب، خصوصا
للفعل الذى حرف علته أصليّة،
Setiap fi’il mudhori’ naqish ditaqdirkan kecuali diikuti oleh
‘awamilun nawaashib, khususnya fi’il naaqish yang huruf illahnya asli, seperti:
يدعو- لن يدعوَ
يرمي- لن يرميَ
- و إذا دخلت عليها عوامل الجوازم حذف حرف علة،
Dan jika diikuti ‘awamilul jazm, maka harfu illahnya dihilangkan, seperti:
يدعو- لم يدعُ
يرمي – لم يرمِ
***
إذا اتصلت الفعل الماضى بتاء التأنيث حذفت لام فعله فى ناقص
الفعل، مثل: رمى- رمت، دعا- دعت، سعى- سعت على وزن فعت. أمّا فى ناقص الياء و
الواو بقيت لام فعله، مثل: خشيت على زون فعلت، و سروت على زون فعلت، إذا اتصل بألف الإثنين، و التاء
المتحرّكة و نون النسوة و نا الفاعل ردّت لام الفعل إلى أصله. إذا اتصلت بواو
الجماعة حذفت لام فعله.
عَلَواْ (فَعَوا) أصله علوُوا – عَلوْا
خَشُوا (فَعُوا) أصله خَشِيوا- خَشوا- خشُوا
***
- إذا اتصل الفعل المضارع الناقص بألف الإثنين ،
ونون النسوة رُدت لام الفعل إلى أصله، إذا اتصل بواو الجماعة و ياء المخاطبة حذفت
لام فعله.
الفرق بين ياء المخاطبة ونون النسوة:
- ياء المخاطبة (أنت) : تَخْشَيْنَ (تَفْعَيْنَ) فالياء هو
ياء المخاطبة والنون هي نون علامة الرفع
- نون النسوة (أنتن) : تَخْشَيْنَ (تَفْعَيْنَ) فالياء هو
حرف علة والنون هي نون النسوة
***
إذا اتصل فعل الأمر الناقص بألف الأثنين ونون النسوة ردّت
لامه إلى أصله. وإذا اتصل بواو الجماعة وياء المخاطبة حذفت لام فعله.
Ada juga penjelasan mengenai fi’il naaqish
yang dijelaskan di kitab “an-nahwul waadhih” juz satu karya Ali al-Jarim dan
Mushtofa Amin, sebagai berikut:
- إذا كان
الناقص يائياً او واويا سواء أ كان ماضيا أم مضارعا، و أسند إلى غير الواو أو ياء
المخاطبة لا يحدث فيه تغييرٌ.
- إذا كان آخر الماضى
الناقص ألفا و أسند إلى غير الواو، فأن كان ثلاثيا ردّت الألف إلى أصلها . و إن
زاد على ثلاثة قلبت الألف ياءً
- إذا اتصلت تاء
التأنيث بالماضى الناقص الذى آخره ألف حذفت الألف
- إذا أسند
الناقص ماضيا او مضارعا إلى واو الجماعة، أو مضارعا إلى ياء المخاطبة حذف حرف
العلة و بقيت الفتحة قبل الواو و الياء، إذا كان المحذوف ألفا، و ضم ما قبل واو
الجماعة، و كسر ما قبل ياء المخاطبة أذا لم يكن ألفا
- المضارع
الناقص الذى آخره ألف إذا اسند إلى ألف الإثنين او نون النسوة قلبت ألفه ياء
- الأمر الناقص
كالمضارع فى جميع أحكامه
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini kami lakukan untuk
mengetahui bentuk-bentuk kesalahan dalam kajian shorof mengenai pembentukan- pembentukan fi’il naaqish, kesalahan apa yang paling dominan, serta faktor
penyebab kesalahan itu terjadi, serta memberikan solusi terhadap permasalahan
yang kami temukan.
B.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa
tingkat II dan III Jurusan Bahasa dan Sastra Arab Universitas Negeri Jakarta pada
hari Jumat, 30 Mei
2014
C.
Metode Penelitian
Penulis meggunakan metode deskriptif
berupa analisis kesalahan. Hal yang pertama kali dilakukan adalah mengumpulkan
data, lalu mengkalisifikasikan kesalahan dan dipersentasekan.
D.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian kami adalah
mahasiswa semester IV dan VI (tingkat II & III) Jurusan Bahasa dan sastra Arab Universitas Negeri Jakarta
dengan sampel sebanyak 20 mahasiswa.
E.
Teknik Analisis Data
Berikut ini adalah teknik analisis data
yang kami lakukan pada penelitian ini.
1. Membuat
kisi kisi instrument. ( Instrumen yang digunakan berupa test )
2. Mengumpulkan
data dari sampel
3. Mengidentifikasi
kesalahan yang ada pada setiap jawaban
4. Mengkategorikan
kesalahan sesuai dengan indikator/kisi kisi
yang telah dibuat
5. Menghitung
frekuensi kesalahan
6. Membuat
persentase data kesalahan
F.
Kisi
kisi Instrumen Penelitian
Berikut adalah
indikator soal yang penulis lakukan untuk menganalisis kesalahan mahasiswa
dalam penggunaan fi’il naaqish
|
Kompetensi Dasar
|
Indikator
|
Jumlah Soal
|
||
|
1.
Memahami
fi’il mu’tal naaqish secara umum dan dapat menggunakannya dalam kalimat
|
Dapat menggunakan fi’il naaqish dalam kalimat
|
1 buah (butir soal nomor 1)
|
||
|
Dapat mengidentifikasi fi’il naaqish
|
1 buah (butir soal nomor 2)
|
|||
|
2.
Memahami
konsep pembentukan- pembentukan fi’il mu’tal naaqish serta dapat
mengaplikasikannya dalam kalimat
|
Dapat menggunakan fi’il madhi naqish jika bertemu dengan ta’
tanist dalam kalimat
|
2 buah (butir soal nomor 3 dan 4)
|
||
|
Dapat menggunakan fi’il naqish madhi atau mudhari’ jika
bertemu dengan wau al- jama’ah dan ya’ al- mukhatabah dalam kalimat
|
3 buah (butir soal nomor 5,6 dan 7)
|
|||
|
Dapat menggunakan fi’il mudhari’naqish alif jika bertemu dengan
aliful istnain dan nun an niswah dalam kalimat
|
2 buah
(butir soal nomor 8 dan 9)
|
|||
|
Dapat menggunakan fi’il amr naqish dalam kalimat
|
1 buah (butir soal nomor 10)
|
|||
|
Dapat menggunakan fi’il amr naqish yang diikuti nun at taukid
dalam kalimat
|
1
buah (butir soal nomor 11)
|
|||
|
Dapat menggunakan Fi’il mudhori naqis jika bertemu nawashib dan
jawazim
|
3 buah
(butir soal nomor 12, 13 dan 14)
|
|||
|
Memahami perubahan bentuk fi’il madhi naqish jika bertemu ta’
tanist, aliful isnain, ta almutaharrikah, nun niswah, na al fail
|
1 buah (butir soal nomor 15)
|
G. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian
ini adalah berupa soal yang bersifat objektif (teks) dengan jumlah 15 butir soal.
اختر الجواب الصّحيح من الأجوبة الأربعة
|
... الطالب إلى تحقيق إرادته
|
(۱)
|
||
|
ج. سَعِيَ
|
أ. سَعَى
|
||
|
د. سَعُى
|
ب. سَعِى
|
||
|
عيّن الفعل الناقص الصحيح!
|
(۲)
|
||
|
ج. أنتم ولَيْتم الدائرة الخاصة فى القرية
|
أ. نسي أحمد
وظيفته
|
||
|
د. الرجال وفوا
الدين على وقته
|
ب. يشوى
أصحاب المطاعم أسماكاً
|
||
|
ميمونة ... الحجر إلى الكلب.
|
(۳)
|
||
|
ج. رَمَيْتْ
|
أ. رَمَيَتْ
|
||
|
د. رَمَوَتْ
|
ب. رَمَتْ
|
||
|
... الأمُ بِإبنِهِ
|
(۴)
|
||
|
ج. رَضِيَتَ
|
ج. رَضِيَتَ
|
||
|
د. رَضَتْ
|
د. رَضَتْ
|
||
|
المسلمون ... بقدرة الله
|
(۵)
|
||
|
ج. رَضَو
|
أ. رَضَوا
|
||
|
د. رَضُو
|
ب. رَضُوا
|
||
|
الطّلاب ... مشيًا على الأقدام
|
(۶)
|
||
|
ج. يَغْدَو
|
أ. يَغْدُو
|
||
|
د. يَغْدُون
|
ب. يَغْدُ
|
||
|
...
على هذا الأمرأنتِ
|
(۷)
|
||
|
ج. تَغْبَيْ
|
أ. تَغْبَيْنَ
|
||
|
د. يَغْبَيْنَ
|
ب. تَغْبِيْنَ
|
||
|
ميمونة و فاطمة ... الكلب.
|
(۸)
|
||
|
ج. تخْشَى
|
أ. يَخْشَيانِ
|
||
|
د. تخْشَيْنَ
|
ب. تخْشَيانِ
|
||
|
هُنَّ ... الكلب
|
(۹)
|
||
|
ج. تَخْشِيْن
|
أ. يَخْشَيْن
|
||
|
د. تَخْشَي
|
ب. تَخْشَيْن
|
||
|
حوَل الفعل الناقص الماضى إلى الأمر !
جَرَتْ هندٌ صباحاً
|
(۱۰)
|
||
|
ج. جْرِى يا هيداً
|
أ. اجْرِى يا هيداً
|
||
|
د. اجْريا يا هيداً
|
ب. اجْرِ يا هيداً
|
||
|
حوَل الفعل الأمر الناقص إلى الفعل الأمر الناقص بنون التوكيد
الثقيلة!
ارم القرطاس على المكتب!
|
(۱۱)
|
||
|
ج. ارمِيِنَّ القرطاس على المكتب!
|
أ. ارْمِين القرطاس على
المكتب!
|
|
|
|
د. ارمِنَّ القرطاس على
المكتب!
|
ب. ارمِيَنَّ القرطاس على
المكتب!
|
|
|
|
لَنْ ... الرسول إلى الشرّ
|
(۱۲)
|
||
|
ج. يَدْعُوا
|
أ. يَدْعُو
|
|
|
|
د. يَدْعُوَ
|
ب. يَدْعُ
|
|
|
|
لَم ... يوسف الرسالة
|
(۱۳)
|
||
|
ج. يَكتُبُ
|
أ. يَكتُبِ
|
|
|
|
د. يَكتُبَ
|
ب. يَكتُبْ
|
|
|
|
لاَ ... الزبالة على البلاط
|
(۱۴)
|
||
|
ج. يَرمِ
|
أ. تَرْمِى
|
|
|
|
د. ترمو
|
ب. تَرْمِ
|
|
|
|
أنتم ... زهوركم كلّ صباح.
|
(۱۵)
|
||
|
ج. سَقُوا
|
أ. سقُوتم
|
|
|
|
د. سَقِيتُم
|
ب. سَقِيَتُم
|
|
|
BAB
IV
HASIL
PENELITIAN
A.
Deskripsi Data Keseluruhan
Instrumen penelitian ini berjumlah 15 butir soal yang merupakan
soal objektif berbahasa Arab dan sampel penelitian berjumlah 20 mahasiswa. Jadi
jumlah keseluruhan soal yang dikerjakan oleh mahasiswa adalah 300 butir soal.
Dari 300 butir soal ditemukan beberapa kesalahan yang dilakukan oleh mahasiswa.
Jumlah dan prosentase kesalahan yang dilakukan mahasiswa dalam konsep
pembentukan fi’il naaqish adalah sebagai berikut:
B.
Deskripsi Penelitian
Instrumen penelitian berupa test dengan 10 indikator yang ingin
kami analisis yang dibuat menjadi 15 butir soal. Sampel penelitian yaitu 20 mahasiswa. Sehingga terdapat 300 data yang
kami analisis. Berikut adalah tabel analisis kesalahan mahasiswa dalam memahami
dan menggunakan konsep pembentukan fi’il naaqish secara keseluruhan.
Rumus untuk menentukan persentase dari setiap jenis kesalahan adalah
sebagai berikut :
Keterangan:
P : persentase kesalahan yang dicari
: jumlah kesalahan yang dialami siswa
: jumlah ketidaksalahan yang dialami siswa
Tingkat
prosentase kesalahan:
0% £ P < 20% :
sangat rendah
20% £ P < 40% :
rendah
40% £ P < 60% :
sedang
60% £ P < 80% :
tinggi
80% £ P < 100% :
sangat tinggi
Persentasi kesalahan siswa dalam menjawab
pertanyaan adalah sebagai berikut :
|
Responden
|
∑ Jawaban Betul
|
∑ Jawaban Salah
|
∑ Betul + ∑ Salah
|
Prosentase Kesalahan
|
Tingkat Prosentase Kesalahan
|
|
|
A
|
13
|
2
|
15
|
13%
|
Sangat Rendah
|
|
|
B
|
9
|
6
|
15
|
40%
|
Sedang
|
|
|
C
|
8
|
7
|
15
|
47%
|
Sedang
|
|
|
D
|
11
|
4
|
15
|
27%
|
Rendah
|
|
|
E
|
7
|
8
|
15
|
53%
|
Sedang
|
|
|
F
|
7
|
8
|
15
|
53%
|
Sedang
|
|
|
G
|
9
|
6
|
15
|
40%
|
Sedang
|
|
|
H
|
11
|
4
|
15
|
27%
|
Rendah
|
|
|
I
|
11
|
4
|
15
|
27%
|
Rendah
|
|
|
J
|
9
|
6
|
15
|
40%
|
Sedang
|
|
|
K
|
9
|
6
|
15
|
40%
|
Sedang
|
|
|
L
|
9
|
6
|
15
|
40%
|
Sedang
|
|
|
M
|
8
|
7
|
15
|
47%
|
Sedang
|
|
|
N
|
9
|
6
|
15
|
40%
|
Sedang
|
|
|
O
|
7
|
8
|
15
|
53%
|
Sedang
|
|
|
P
|
8
|
7
|
15
|
47%
|
Sedang
|
|
|
Q
|
6
|
9
|
15
|
60%
|
Tinggi
|
|
|
R
|
6
|
9
|
15
|
60%
|
Tinggi
|
|
|
S
|
7
|
8
|
15
|
53%
|
Sedang
|
|
|
T
|
6
|
9
|
15
|
60%
|
Tinggi
|
|
|
Jumlah
|
170
|
130
|
300
|
43%
|
Sedang
|
Dari table di atas dapat dilihat jumlah jawaban dari seluruh sampel
adalah 300 jawaban dan terdapat 130 jawaban salah dengan persentase yang
dihasilkan adalah 43%. Kesalahan tertinggi yaitu 60% dengan jumlah jawaban yag
salah sebanyak 9 butir dari 15 butir. Sedangkan kesalahan terendah yaitu 13 %
dengan jawaban yang salah sebanyak 2 butir dari 15 butir.
C.
Hasil Analisis Data
Tidak terjadi kesalahan dalam memahami dan menggunakan konsep pembentukan fi’il naaqish, maka dari
itu tidak kami kategorikan ke dalam tabel. Kesalahan yang dilakukan oleh
responden, kami kategorikan adalah sebagai berikut:
|
No.
|
Kategori Kesalahan
|
Butir Soal
|
Jawaban Benar
|
Jawaban Salah
|
Jumlah Kesalahan
|
||
|
1
|
menggunakan fi’il naaqish dalam kalimat
|
Nomor 1
|
سَعَى
|
سَعِيَ/ سَعِى/ سَعُى
|
0
|
||
|
Total Kesalahan
|
0
|
||||||
|
Prosentase Kesalahan
|
0%
|
||||||
|
2
|
mengidentifikasi fi’il naaqish
|
Nomor 2
|
نسي
أحمد وظيفته
|
يشوى
أصحاب المطاعم أسماكاً أنتم ولَيْتم الدائرة الخاصة فى القرية الرجال وفوا
الدين على وقته
|
11
|
||
|
Total Kesalahan
|
11
|
||||||
|
Prosentase Kesalahan
|
55%
|
||||||
|
3
|
menggunakan fi’il madhi naqish jika bertemu dengan ta’ tanist
|
Nomor 3
|
رَمَتْ
|
رَمَيَتْ/ رَمَوَتْ / رَمَيْتْ
|
5
|
||
|
Nomor 4
|
رَضِيَت
|
رَضَتْ / رَضَتْ رَضِيَتَ
|
6
|
||||
|
Total Kesalahan
|
11
|
||||||
|
Prosentase Kesalahan
|
27,5%
|
||||||
|
4
|
menggunakan fi’il naqish madhi atau mudhari’
jika bertemu dengan wau al- jama’ah dan ya’ al- mukhatabah
|
Nomor 5
|
رَضُوا
|
رَضَو رَضَوا رَضُو
|
5
|
||
|
Nomor 6
|
يَغْدُون
|
يَغْدَو يَغْدُو يَغْدُ
|
4
|
||||
|
Nomor 7
|
تَغْبَيْنَ
|
تَغْبَيْ يَغْبَيْنَ تَغْبِيْنَ
|
10
|
||||
|
Total Kesalahan
|
19
|
||||||
|
Prosentase Kesalahan
|
32%
|
||||||
|
5
|
menggunakan fi’il mudhari’naqiSh alif jika bertemu dengan aliful
istnain dan nun an niswah
|
Nomor 8
|
تخْشَيانِ
|
يَخْشَيانِ تخْشَى تخْشَيْنَ
|
10
|
||
|
Nomor 9
|
يَخْشَيْن
|
تَخْشِيْن تَخْشَي تَخْشَيْن
|
12
|
||||
|
Total Kesalahan
|
22
|
||||||
|
Prosentase Kesalahan
|
55%
|
||||||
|
6
|
menggunakan fi’il amr naqish
|
Nomor 10
|
جْرِى يا هيداً
|
اجْرِ يا هيداً جْرِى يا هيداً اجْريا يا هيداً
|
11
|
||
|
Total Kesalahan
|
11
|
||||||
|
Prosentase Kesalahan
|
55%
|
||||||
|
7
|
menggunakan fi’il amr naqish yang diikuti nun at taukid
|
Nomor 11
|
ارمِيَنَّ القرطاس على المكتب!
|
ارْمِين القرطاس على المكتب! ارمِيِنَّ القرطاس على المكتب! ارمِنَّ القرطاس على المكتب!
|
16
|
||
|
Total Kesalahan
|
16
|
||||||
|
Prosentase Kesalahan
|
80%
|
||||||
|
8
|
menggunakan Fi’il mudhori naqis jika bertemu nawashib dan jawazim
|
Nomor 12
|
يَدْعُوَ
|
يَدْعُوا يَدْعُو يَدْعُ
|
10
|
||
|
Nomor 13
|
يَكتُبْ
|
يَكتُبُ يَكتُبِ يَكتُبَ
|
7
|
||||
|
Nomor 14
|
تَرْمِ
|
يَرمِ ترمو تَرْمِى
|
11
|
||||
|
Total Kesalahan
|
28
|
||||||
|
Prosentase Kesalahan
|
47%
|
||||||
|
9
|
Memahami perubahan bentuk fi’il madhi naqish jika bertemu ta’
tanist, aliful isnain, ta almutaharrikah, nun niswah, na al fail
|
Nomor 15
|
سَقِيتُم
|
سَقُوا سَقِيَتُم سقُوتم
|
12
|
||
|
Total Kesalahan
|
12
|
||||||
|
Prosentase Kesalahan
|
60%
|
||||||
D.
Deskripsi Kesalahan
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah
dijabarkan di atas, dapat dianalisis
dari data kesalahan di atas bahwa kesalahan terbanyak yang dilakukan oleh sampel terdapat
pada kategori menggunakan fi’il amr naqish yang diikuti nun at taukid dengan prosentase kesalahan sebanyak 80% (Sangat Tinggi).
Penyebabnya adalah terdapatnya banyak kesulitan
dalam memahami berbagai konsep pembentukan- pembentukan fi’il
naaqish, disebabkan oleh banyaknya subpokok
(generalisasi) materi yang harus dipahami dalam fiil naaqish ini, terutama jika diikuti oleh at-
tawaabi’.
A.
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian ini, terdapat kesalahan sebesar:
x 100 = 43%. Dengan melihat standar klasifikasi jenis
kesalahan, maka kesalahan dengan persentase 43% merupakan kesalahan taraf
sedang karena masih berada dalam kisaran kesalahan 40% £ P < 60%.
Kesalahan terbesar yaitu
kesalahan dalam menggunakan fi’il amr naqish yang diikuti nun at taukid yaitu
sebesar 80%. Kesalahan paling sedikit yaitu menggunakan fi’il madhi naqish alif
jika bertemu dengan ta’ tanist yaitu sebesar 27,5% bahkan ada poin yang tidak
terdapat kesalahan satupun yaitu dalam penggunaan fi’il naaqish secara umum.
Pada hakikatnya mahasiswa sudah konsep pembentukan- pembentukan
fi’il naaqish, namun rata rata kesalahan terjadi karena respoden mahasiswa
kurang teliti dan kurang memahami konsep fi’il naaqish yang bersifat khusus.
B.
Saran
Dari hasil penelitian yang dilakukan,
dapat diketahui bahwa masih terdapat banyak kekurangan dari pemahaman responden
terhadap konsep pembentukan- pembentukan fi’il naaqish. Juga masih
sedikitnya pemahaman responden terhadap perintah pada soal. Oleh karena itu,
diharapkan bagi para guru bahasa Arab untuk lebih menjelaskan materi tersebut
dengan baik agar para siswa bisa memahami konsepnya. Dan sebaiknya sebagai guru
juga memberikan latihan-latihan tambahan, bisa berupa kuis harian, ulangan
harian, tugas-tugas kelompok maupun tugas individu, guna menambah pemahaman
siswa. Guru juga
harus membiasakan siswa untuk memahami soal sebelum menjawab, karena memahami
soal merupakan penentu tinggi rendahnya nilai akhir.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2008. Morfologi
bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: PT Rineka Cipta.
Subyakto, Sri Untari. 1994. Analisis
Kontrastif dan Kesalahan Suatu Kajian dari Sudut Pandang Guru Bahasa. Jakarta:
PPs. UNJ.
Tarigan, Guntur Henry. 2011. Pengajaran
Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung: Penerbit Angkasa.
Al Jarim, Ali. 1960. An- Nahwu
Al- Waadhih al juz al awwal.
Rasyid, Yumna. 2011. Al-fi’lu
Shiigotuhu Wa Anwaa’uhu. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.
Anwar, Mochammad. 2007. Ilmu
Sharaf Terjemahan Matan Kailani dan Nazham Al- Maqsud. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
[1] Henry Guntur T. 2011. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa.
(Bandung: Penerbit Angkasa) hal. 61
[2] Henry Guntur T. 2011. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa.
(Bandung: Penerbit Angkasa) hal. 127
[3] Abdul Chaer. 2008. Morfologi bahasa Indonesia (Pendekatan
Proses). (Jakarta: PT Rineka Cipta) hal. 3